Kamis 20 Mar 2014 20:52 WIB

Pasar Obligasi Indonesia Tumbuh Pesat

Rep: Budi Raharjo/ Red: Joko Sadewo
Obligasi.
Foto: seputarforex.com
Obligasi.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Pasar obligasi Indonesia mencatatkan pertumbuhan tercepat kedua di kawasan Asia Timur setelah Vietnam. Pada akhir kuartal IV 2013, pasar obligasi Indonesia tumbuh 6,8 persen dan 20,1 persen dibandingkan tahun lalu menjadi 108 miliar dolar AS.

Obligasi pemerintah tumbuh 7,9 persen pada kuartal tersebut dan tumbuh 20,9 persen dibandingkan tahun lalu, menjadi 90 miliar dolar AS. Obligasi korporasi tumbuh 1,5 persen dalam kuartal ini dan 16,4 persen dibandingkan tahun lalu menjadi 18 miliar dolar AS. Demikian diungkapkan Bank Pembangunan Asia (ADB) dalam laporan Asia Bond Monitor terbarunya yang diluncurkan di Jakarta bekerja sama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kamis (20/3).

Kepala Kantor Integrasi Ekonomi Regional ADB Iwan Jaya Azis mengatakan pertumbuhan obligasi pemerintah terutama didukung oleh obligasi pemerintah pusat, yang terdiri dari surat perbendaharaan negara dan obligasi yang dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan, serta Sertifikat Bank Indonesia. Di sektor korporasi, pertumbuhan didukung oleh kenaikan obligasi korporasi konvensional, obligasi subordinasi, dan obligasi sukuk ijarah.

Sementara, penjualan sukuk negara-negara berkembang Asia kawasan timur tetap kuat, yaitu sebesar 91,7 miliar dolar AS pada tahun lalu. Pasar obligasi syariah di Indonesia merupakan yang kedua terbesar di kawasan ini, setelah Malaysia. Tapi, perkembangan pasar obligasi syariah di Indonesia masih dalam tahap awal, dan hanya berkontribusi 7,4 persen untuk total pasar obligasi.

Kajian khusus di Asia Bond Monitor mencatat bahwa sukuk berpotensi besar menjadi sumber pembiayaan bagi proyek infrastruktur. Tapi, untuk merealisasikan hal tersebut, Pemerintah harus membuat kerangka regulasi yang tepat agar debitur makin kerap memanfaatkan sukuk. Negara berkembang kawasan Asia timur terdiri dari Cina, Hong Kong, Indonesia, Korea Selatan, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.

Adapun, porsi kepemilikan asing dalam obligasi pemerintah berdenominasi mata uang lokal cukup stabil pada tiga bulan terakhir  2013. Ini dikarenakan prediksi pertumbuhan ekonomi yang solid serta nilai imbal hasil yang menarik dibandingkan pasar lain. Indonesia tercatat memiliki porsi kepemilikan asing tertinggi pada akhir 2013 sebesar 32,5 persen dari total obligasi pemerintah, diikuti Malaysia yang mencapai 29,4 persen.

Akhir tahun lalu, negara berkembang di kawasan Asia timur memiliki U7,4 triliun dolar AS obligasi, lebih tinggi 2,4 persen  dibandingkan akhir September 2013, dan 11,7 persen lebih tinggi dibandingkan akhir 2012. Pasar obligasi Vietnam mencatatkan pertumbuhan tercepat secara kuartal, yaitu naik 14,8 persen. Sementara, Indonesia mencatatkan pertumbuhan tahunan tertinggi yaitu 20,1 persen.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement