EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk (BRI) tengah mengkaji untuk mengakuisisi PT Bank Mutiara. Proses divestasi Bank Mutiara tengah dibuka kembali. Investor yang berminat dapat memasukan penawaran per 1 April 2014.
Direktur Keuangan BRI Achmad Baiquni mengatakan, dalam Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB) BRI, Perseroan menargetkan akuisisi sekuritas, asuransi dan bank. Khusus untuk bank, BRI mencari perusahaan yang memiliki bisnis yang sejalan, yakni Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Bank Mutiara memiliki bisnis yang sejalan.
"Untuk Bank Mutiara, kami sedang menghitung kira-kira peluangnya bagus atau tidak," ujar Baiquni yang ditemui usai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) BRI, Rabu (26/3).
Perseroan masih mendalami rencana tersebut. Rencananya proses pendalaman selesai minggu ini. Baiquni mengatakan belum dapat memberikan detail mengenai prosesnya. Namun ia berharap BRI dapat mengajukan penawaran sebelum proses divestasi ditutup. BRI telah menyiapkan dana sebesar Rp 3 triliun untuk akuisisi pada tahun ini. Baiquni mengatakan, anggaran dana dapat sewaktu-waktu ditambah jika diperlukan.
"Akhir Juni kan bisa revisi RKAB," ujarnya.
Untuk rencana akuisisi asuransi dan sekuritas, BRI masih mencari masing-masing dua perusahaannya. Sektor asuransi yang disasar adalah asuransi jiwa. Opsinya yakni mencari perusahaan asuransi baru atau mengakuisisi Bringin Life dari Dana Pensiun BRI. Proses akuisisi tersebut diharapkan dapat dilaksanakan pada triwulan III dan IV.
Sementara itu, Perhimpunan Bank-bank Nasional (Perbanas) menilai Bank Mutiara sebaiknya dibeli oleh bank BUMN. "Swasta dan asing pasti memiliki ketakutan.
Bayangkan saja kalau pembelinya takut kasus Century diungkit lagi. Pasti akan ragu-ragu," ujar Ketua Perbanas Sigit Pramono.
Berdasarkan Undang-Undang (UU), LPS tahun ini dapat menjual Bank Mutiara di luar harga penyelamatan sebesar Rp 6,7 triliun. Ditanya mengenai harga yang wajar untuk bank tersebut, Sigit mengatakan, bank dengan kinerja setara Bank Mutiara sudah ada patokannya.
Namun, menurut dia, prinsipnya dalam penyelamatan bank ketika krisis adalah prinsip minimalisasi kerugian.
"Kalau bank bagus masuk pasar saham harganya bagus bisa diterima. Kalau dalam keadaan seperti ini yang kita pegang adalah minimalisasi kerugian. Jadi kita usahakan banknya bagus dan minimalisasi kerugian," ujarnya.