EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri memperkirakan lonjakan harga minyak dunia, akibat situasi geopolitik di Irak, tidak akan berdampak panjang dan hanya bersifat sementara. "Saya kira ini 'temporer', jadi kita lihat saja," katanya saat ditemui di Jakarta, Jumat (20/6).
Chatib mengatakan, meskipun lonjakan harga minyak dunia hanya sementara, namun pemerintah tetap memantau perkembangan geopolitik di Timur Tengah tersebut. "Kita monitor terus, tapi kita masih percaya rata-rata harga ICP minyak 105 (dolar AS per barel) setahun," katanya.
Kementerian Keuangan mencatat realisasi harga ICP minyak hingga 31 Mei 2014 mencapai 106 dolar AS, lebih tinggi dari asumsi makro dalam APBN-P 2014 sebesar 105 dolar AS per barel. Harga minyak dunia melonjak pada Kamis (19/6) atau Jumat (20/6) pagi WIB, dipicu meningkatnya kekerasan di Irak.
Minyak mentah Brent untuk pengiriman Agustus menguat 80 sen di London, menjadi menetap di 115,06 dolar AS per barel, posisi tertinggi sejak awal September. Di New York, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate untuk pengiriman Juli naik 46 sen menjadi ditutup pada 106,43 dolar AS per barel.
Kenaikan harga berlanjut setelah Presiden AS Barack Obama mengumumkan bahwa ia siap untuk mengirim 300 penasehat militer ke Irak. Para ekstremis telah menguasai sejumlah bagian utara negara itu tetapi belum langsung mengancam wilayah penghasil minyak utama di selatan.
Krisis telah mengguncang pasar minyak dunia, karena Irak merupakan produsen terbesar kedua dalam 12 negara Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC). Negara ini memiliki lebih dari 11 persen dari sumber daya minyak dunia dan memproduksi 3,4 juta barel minyak per hari.