EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Syariah (BJBS) membukukan penurunan laba bersih di sepanjang semester pertama 2014. Laba anak usaha Bank BJB ini per akhir Juni 2014 sebesar Rp 653 juta.
Laba bersih perseroan mengalami penurunan sebesar 95,6 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 14,88 miliar. Besarnya penurunan ini disebabkan oleh tingginya beban operasi.
"Beban operasi BJB Syariah mengalami peningkatan sebesar 14,5 persen menjadi Rp 129,44 miliar," tulis pernyataan BJBS dalam laporan keuangan induk, belum lama ini.
Pendapatan sampai akhir kuartal kedua mengalami kenaikan sebesar 13,3 persen menjadi Rp 277,005 miliar. Namun demikian, beban perseroan naik lebih tinggi, yaitu sebesar 43,4 persen menjadi Rp 161,93 miliar. Hal ini mengakibatkan pendapatan bersih BJB Syariah hanya menjadi Rp 115,068 miliar atau turun 12,6 persen.
Tingginya beban operasi tidak diimbangi dengan besarnya pendapatan operasional. Sehingga, laba sebelum pajak mengalami penurunan sebesar 92,4 persen menjadi Rp 1,5 miliar.
Anak usaha syariah Bank BJB ini membukukan total aset sampai akhir Juni 2014 sebesar Rp 5 triliun. Aset perseroan tumbuh 10,9 persen. Pertumbuhan aset didorong oleh pertumbuhan pembiayaan sebesar 12,9 persen menjadi Rp 3,8 triliun.
Pembiayaan murabahah masih memberi kontribusi terbesar terhadap pembiayaan BJB Syariah, yaitu 63,2 persen. Pembiayaan murabahah tumbuh 28,8 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sisanya, pembiayaan disumbang oleh financing sebesar Rp 1,25 triliun dan qardh Rp 120,43 miliar. Perseroan juga menyalurkan pembiayaan isthisna sebesar Rp 5,21 miliar dan ijarah Rp 26,67 miliar.
Gencarnya penyaluran pembiayaan tidak berbanding lurus dengan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK). BJB Syariah mencatat penurunan DPK sampai Juni 2014, yaitu sebesar 10,7 persen menjadi Rp 3,032 triliun. Penurunan terutama terjadi di giro wadiah sebesar 19,2 persen menjadi Rp 81,417 miliar dan deposito mudharabah sebesar 13,9 persen menjadi Rp 2,5 triliun. Tabungan mengalami pertumbuhan menjadi Rp 443,5 miliar.
BJBS mencatat penurunan rasio pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF) gross menjadi 2,8 persen. Capital Adequacy Ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal terjaga di 16,9 persen. Sementara, Financing to Deposit Ratio (FDR) atau rasio pembiayaan terhadap DPK ada di level 94,8 persen.