EKBIS.CO, BANDUNG -- Pelambatan ekonomi nasional pada triwulan III yang mencapai 5,0 persen disebabkan lambatnya pertumbuhan ekonomi di Sumatra dan DKI Jakarta. Faktor yang menyebabkan pelambatan adalah lemahnya harga komoditas dan sektor ekspor.
"Provinsi yang lambat adalah provinsi yang dominan komoditasnya migas, karet, minyak kelapa sawit mentah (CPO), dan batubara," kata Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara, dalam konferensi pers di gedung BI Bandung, Jawa Barat, Selasa (11/11).
Aceh yang merupakan tempatnya migas, pertumbuhan ekonomi sekitar 2,7 persen. Sedangkan Riau yang menghasilkan migas dan CPO, pertumbuhannya hanya 1,7 persen. Sumatra Selatan berada pada angka 4,3 persen. Sumsel merupakan penghasil batubara, CPO, dan karet. Padahal harga karet saat ini turun sekitar 25-30 persen.
Kalimantan Timur sebagai penghasilkan migas dan batubara, pertumbuhannya mencapai 3,2 persen. Sedangkan Kalimantan Selatan yang juga menghasilkan batubara, perekonomian mencapai 4,8 persen.
Namun, pada saat Sumatra dan Kalimantan mengalami penurunan, perekonomian Indonesia didukung Jawa yang cukup kuat di sektor menufaktur. Perekonomian Jawa Timur mencapai 5,9 persen, sedangkan DIY cukup lemah yakni 4,8 persen. Sumatra menyumbang sekitar 25 persen dari PDB nasional.
"DKI Jakarta menyumbang 17-18 persen dari perekonomian Indonesia. Sedangkan Jawa menyumbang sekitar 60 persen dari PDB Indonesia," imbuh Mirza.
Sementara Sulawesi cukup menggembirakan. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara mencapai 7 persen, Sulawesi Selatan 8,2 persen, dan Sulawesi Tenggara 7,7 persen. Sedangkan Bali yang unggul di sektor pariwisata mengalami pertumbuhan 6,5 persen.