EKBIS.CO, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengincar masyarakat kelas menengah Indonesia yang memiliki kebutuhan besar berinvestasi. Terutama kelompok menengah yang tidak memiliki pengetahuan secara memadai untuk berinvestasi terutama di sektor jasa keuangan, khususnya pasar modal.
Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad menyampaikan hal itu dalam sambutannya pada acara Gerakan Nasional Cinta (Genta) Pasar Modal yang berlangsung di Istora Senayan Jakarta, Rabu (12/11). Acara itu dihadiri sekitar 5.000 mahasiswa yang sudah menjadi investor di pasar modal.
Muliaman mengatakan masyarakat kelas menengah Indonesia sering diidentifikasi sebagai consumer-state people atau kelompok masyarakat yang lebih konsumtif dalam pemenuhan gaya hidupnya, termasuk dalam hal pilihan investasinya.
“Mereka memiliki demand yang cukup besar akan kebutuhan berinvestasi, namun di sisi lain mereka masih memiliki pengetahuan yang minim mengenai bagaimana berinvestasi di sektor jasa keuangan," kata Muliaman.
Sebagian besar masyarakat kelas menengah Indonesia, kata dia, masih memiliki pandangan yang konvensional dalam hal menginvestasikan kelebihan dananya, yaitu melalui tabungan di bank. Masih kecilnya jumlah masyarakat kelas menengah yang berinvestasi di pasar modal Indonesia juga terefleksi dari masih kecilnya jumlah investor yang tercatat di pasar modal dibandingkan dengan jumlah masyarakat kelas menengah Indonesia.
Studi Bank Dunia (2012) menyebutkan, masyarakat kelas menengah Indonesia pada tahun 2012 mencapai 56,5 persen dari total 237 juta penduduk. Jika pada tahun 2003 jumlah masyarakat yang masuk dalam kategori kelas menengah mencapai 81 juta jiwa, pada tahun 2012 jumlahnya sudah berkembang menjadi 134 juta jiwa atau tumbuh sebesar 65 persen hanya dalam waktu sembilan tahun.
Dalam lingkup yang lebih kecil, kelompok pelajar dan mahasiswa juga merupakan calon investor potensial, karena nantinya mereka diharapkan juga akan menjadi bagian dari kelompok masyarakat kelas menengah baru.