EKBIS.CO, JAKARTA - Konsolidasi perbankan dianggap kian mendesak untuk memperkuat struktur perbankan Indonesia. Deputi Komisioner Bidang Manajemen Strategis I OJK Lucky FA Hadibrata mengatakan merger menjadi opsi terbaik. Menurut dia, bank-bank dengan modal rendah atau BUKU 1 dan 2 semua harus dikonsolidasi.
Menurut Lucky, tantangan perbankan ke depan akan semakin kompleks. Saat ini, masih banyak bank yang asetnya tidak mencapai Rp 2 triliun, modalnya hanya Rp 150 miliar. Lucky mengatakan tantangan perbankan yang semakin kompleks membuat risiko perbankan juga semakin tinggi.
"Makanya konsolidasi itu paling bagus untuk ketahanan perbankan," kata Lucky, Selasa (25/11).
Dia mengatakan untuk bisa masuk dalam jajaran bank papan atas, otomastis bank-bank Indonesia harus memperbesar ukuran, baik dalam hal modal atau pangsa pasar. Dibandingkan negara Asean, Indonesia masih kalah dibandingkan Malaysia, Singapura dan Thailand.
Namun diakuinya, bukan hal yang mudah untuk melakukan itu. Perlu ada political will dari pemerintah maupun bank agar mau disatukan. "Kita disini mendorong ke arah konsolidasi itu," kata dia.
Dia menggambarkan Citi grup di Amerika, asetnya mencapai 2,5 triliun Dolar AS. Sementara, berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia (SPI) bulan September 2014, masih ada 7 bank dengan total aset kurang dari Rp 1 triliun, ada 53 bank (termasuk BPD, bank persero, bank asing, bank campuran, dengan aset Rp 1-10 triliun, 36 bank dengan aset Rp 10-50 triliun dan hanya 23 bank dengan total aset lebih dari Rp 50 triliun.
Lucky mengatakan Indonesia harus segera memperkuat perbankan, namun untuk konsolidasi perbankan ia menyerahkan kepada kementrian BUMN. OJK juga sedang mempersiaplam masterplan Perbankan Indonesia agar perbankan Indonesia semakin solid.