EKBIS.CO, JAKARTA--Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno mendorong perusahaan negara bidang pergulaan melakukan diversifikasi produk dalam upaya mewujudkan swasembada gula dan meningkatkan kesejahteraan petani.
Saat berkunjung ke Pabrik Gula Gempolkrep milik PT Perkebunan Nusantara X (Persero) di Mojokerto, Jawa Timur, Selasa, Rini Soemarno mengatakan bahwa BUMN pergulaan jangan hanya fokus pada produksi gula, tetapi juga produk turunan tebu lainnya, seperti bioetanol, listrik berbasis ampas tebu dan pupuk.
"Dengan demikian, petani bisa juga menikmati nilai tambah. Selama ini, petani hanya mendapatkan penghasilan dari bagi hasil gula dan penjualan tetes tebu," katanya.
Namun, dengan adanya pabrik yang terintegrasi dengan produksi produk turunan tebu non-gula, lanjut Rini, petani juga bisa mendapatkan tambahan pendapatan.
"Fokus kita sekarang adalah bagaimana meningkatkan kesejahteraan petani," tambahnya.
Kegiatan blusukan Menteri BUMN ke PG Gempolkrep bertujuan mengumpulkan informasi yang komprehensif tentang pabrik gula, seiring lesunya industri gula dalam beberapa tahun terakhir.
Rini Soemarno mengatakan bahwa program swasembada gula harus diwujudkan, karena gula menjadi satu dari beberapa komoditas pangan yang ditargetkan pemerintahan Presiden Joko Widodo untuk bisa mencapai swasembada dalam 3-5 tahun mendatang. Komoditas pangan lainnya adalah beras, kedelai, jagung, dan daging.
"Saat ini pemerintah terus mencari jalan bagaimana kesejahteraan petani tebu bisa terangkat. Petani bisa mendapatkan nilai tambah bukan hanya dari gula, tetapi juga dari berbagai produk turunan komoditas tebu," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Menteri BUMN berkeliling meninjau kondisi PG Gempolkrep yang kini sudah terintegrasi dengan pabrik bioetanol milik anak usaha PTPN X, yaitu PT Energi Agro Nusantara.
"Pabrik Gula Gempolkrep bisa dijadikan contoh karena sudah terintegrasi dengan pabrik bioetanol. Ini bagian dari diversifikasi bisnis," ujarnya.
Rini mengakui bahwa mayoritas pabrik gula saat ini usianya sudah ratusan tahun dan menggunakan teknologi lama yang tidak efisien. Selain itu, sebagian besar pabrik gula juga belum mampu melakukan diversifikasi bisnis non-gula.
Menurut ia, diperlukan upaya revitalisasi agar pabrik gula menjadi efisien dan terintegrasi dengan produksi produk turunan tebu non-gula.
"Revitalisasi memang membutuhkan investasi. Asal jelas tujuan pembangunan dan progress-nya, investasi bisa saja dilakukan, seperti halnya PTPN X yang berani berinvestasi di pabrik bioetanol. Tentu investasi seperti ini ada perhitungannya," katanya.
Direktur Utama PTPN X Subiyono mengemukakan, untuk menciptakan pabrik gula yang siap menghadapi tantangan, pihaknya sudah melakukan persiapan dan perubahan sejak 2008, dengan total investasi mencapai Rp2,7 triliun selama periode 2008-2014.
"Kami sangat menyadari dengan teknologi bertekanan rendah, pabrik kami tidak akan bisa efisien, sehingga kami memutuskan untuk melakukan revitalisasi dan mengubah teknologi yang ada ke teknologi bertekanan tinggi," paparnya.
Selain lebih efisien, lanjut Subiyono, melalui program revitalisasi itu menjadikan PTPN X juga mempunyai potensi untuk mengembangkan diversifikasi bisnis, seperti bietanol dan "co-generation" untuk memproduksi listrik.