EKBIS.CO, JAKARTA – Bank Mega belum berencana menerbitkan obligasi sebagai antisipasi pengubahan perhitungan loan to deposite ratio (LDR) yang akan dilakukan Bank Indonesia. Dalam perhitungan baru itu, BI memungkinkan akan memasukkan komponen surat berharga sebagai bentuk pendanaan bank. Hal ini untuk mengantisipasi ketatnya likuiditas di dalam perbankan.
Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib mengatakan LDR perusahaan yang dipimpinnya masih berada di kisaran sekitar 60 persen sehingga belum berencana menerbitkan obligasi. Menurut Kostaman, rasio LDR itu menandakan bank Mega dalam kondisi cadangan dana yang masih besar.
“Ada beberapa bank mendapatkan dana dari luar negeri msialnya, itu belum dihitung dalam LDR jadi kelihatannya LDR sudah 100 persen atau lebih. Padahal mereka ada sumber dana dari luar negeri, ini yang dicoba diakomodir oleh otoritas,” katanya, Kamis (4/12).
Tahun depan, Bank Mega menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 15 persen. Sementara, tahun ini realisasi kredit di Bank Mega telah mencapai lebih dari 20 persen. Menurut dia, pihaknya memang sengaja memasang target yang konservatif.
Namun, tetap diupayakan melampaui pertumbuhan secara nasional. Pada triwulan kedua lalu, pertumbuhan kredit Bank Mega tumbuh 28 persen menjadi Rp 32,6 triliun dibandingkan Rp 25,5 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Tahun depan, Bank Mega juga belum berencana untuk menaikkan bunga kredit sebagai respons meningkatnya BI rate sebesar 25 basis poin pada 18 November lalu. Dia mengatakan kenaikan BI rate dikhawatirkan bisa menaikkan cost of fund atau biaya dana.
Namun, dengan adanya imbauan untuk tidak menaikkan baya dana, diharapkan bunga kredit juga tidak meningkat seperti imbauan OJK.“Saat ini perbankan belum ada rencana menaikkan suku bunga kerdit. Bank Mega juga belum ada rencana,”katanya.