Ahad 07 Dec 2014 08:11 WIB

Inflasi Jabar Berbeda dari Daerah Lain

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Indah Wulandari
 Anggota Polresta Bogor menurunkan supir angkot yang merokok saat razia Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di jalan raya Ir. H. Djuanda, Kota Bogor, Jabar, Selasa (20/5).
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Anggota Polresta Bogor menurunkan supir angkot yang merokok saat razia Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di jalan raya Ir. H. Djuanda, Kota Bogor, Jabar, Selasa (20/5).

EKBIS.CO, BANDUNG--Kenaikan bahan bakar minyak (BBM) dan sektor transportasi berpengaruh besar pada tingkat inflasi Jabar. Hal ini yang berbeda dari daerah lainnya dan perlu mendapat perhatian khusus.

"Inflasi Jabar tidak akan jauh dari prediksi inflasi nasional," ujar Kepala Kantor Perwakilan BI Wilayah VI Jabar dan Banten Dian Ediana Rae, akhir pekan lalu.

Ia memperkirakan inflasi Jabar akan berkisar 7,6 persen sampai 8,2 persen. Angka tersebut, hampir sama dengan perkiraaan nasional sekitar 7,7 persen sampai 8,1 persen.

Menurut Dian,  komponen transportasi berkontribusi besar terhadap inflasi Jabar. Kondisi ini, sangat berbeda dibandingkan inflasi di provinsi lain karena kontribusi komponen transportasi relatif kecil.

"Inflasi Jabar agak khusus, kontribusi komponen Kelompok transportasinya lebih tinggi dari provinsi lain," katanya.

Menurut Dian, masalah inflasi tidak dapat diselesaikan dengan sistem jangka pendek. Tapi, perlu sebuah sistem yang terstruktur dengan tujuan jangka panjang.

Oleh karena itu, pihaknya membuat road map pengendalian inflasi di Jabar. Road map tersebut, fokus berkaitan dengan pasokan dan distribusi barang kebutuhan masyarakat.

Sekda Provinsi Jabar Wawan Ridwan meyakinkan, pihaknya ikut berperan aktif dalam upaya pengendalian inflasi Jabar. Bahkan, Pemprov Jabar menggandeng Polda Jabar terkait distribusi barang kebutuhan pokok agar berjalan dengan lancar.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement