Senin 15 Dec 2014 15:49 WIB

Rupiah Terus Melemah, Ini Kata Menko Perekonomian

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Esthi Maharani
Sofyan Djalil
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Sofyan Djalil

EKBIS.CO, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kini semakin melemah. Menteri Perekonomian Sofyan Djalil pun mengatakan menguatnya nilai dolar di Indonesia ini bukanlah merupakan gejala spesifik Indonesia. 

"Orang mengatakan mega trend, dolar itu pulang kampung. Karena ekonomi AS ternyata bagus sekali," jelas Sofyan di Kantor Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Senin (15/12).

Karena itu, lanjutnya, mata uang dolar kembali ke negaranya karena kesempatan perekonomian di AS menjadi lebih baik. "Oleh sebab itu dolar mulai kembali ke AS. Itu yang menyebabkan depresiasi mata uang, bukan hanya Indonesia," katanya. 

Ia mengatakan pada 2014 secara tahun ke tahun, dari Desember 2013-Desember 2014, nilai tukar rupiah hanya terdepresiasi 2,5 persen. Sedangkan, nilai tukar Yen mencapai 15 persen dan nilai tukar mata uang Thai Bath sekitar 6 persen. Untuk nilai mata uang Malaysia Ringgit sekitar 5-6 persen. "Seluruh mata uang dunia mengalami hal yang sama," tambahnya.

Lanjut Sofyan, menguatnya nilai tukar dolar juga disebabkan adanya antisipasi terhadap pertemuan bank sentral AS yang terakhir kalinya dalam tahun ini. "FOMC mereka sebut akan diadakan tanggal 19 Desember. Kalau keputusan FOMC, misalnya, mau menaikkan suku bunga FED, investasi dolar jadi lebih menarik lagi," jelas Sofyan. 

Menurutnya, dalam kondisi saat ini, pemerintah tak memiliki banyak kebijakan untuk dilakukan. Hal ini juga ditambah dengan permasalahan akhir tahun dimana banyak perusahaan yang biasanya menukar uang dolar untuk membayar utang. "Itu dua faktor yang mempengaruhi rupiah yang melemah ini," ucapnya.

Ia pun menegaskan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Namun, menurutnya, permasalahan ini juga terjadi di hampir semua negara di dunia. 

Ia pun berharap agar defisit perdagangan negara dapat segera diperbaiki. Menurut Sofyan, Bank Indonesia pun akan mengambil tindakan terkait pelemahan nilai rupiah ini. "Saya pikir dalam kondisi seperti ini, kalau BI melakukan intervensi saya tidak tahu. Tetapi tentu BI akan mengambil tindakan," jelasnya.

Namun, BI tidak dapat melakukan intervensi dalam jumlah yang besar karena dapat mempengaruhi devisa negara. Sehingga, dalam jangka pendek ini pemerintah hanya dapat mengurangi defisit perdagangan, menaikkan ekspor, serta mengurangi impor. 

Untuk memperbaiki defisit anggaran, lanjutnya, pemerintah telah mengalihkan subsidi BBM ke sektor produktif. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement