EKBIS.CO, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Lembaga Jasa Keuangan (LJK) menggelar Kegiatan Pasar Keuangan Rakyat.
Deputi Komisioner Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK, Sri Rahayu Widodo mengatakan Pasar Keuangan Rakyat merupakan salah satu bentuk implementasi cetak biru Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia.
"Ini merupakan bentuk implementasi cetak biru Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia yaitu Edukasi dan Kampanye Nasional Literasi Keuangan," ujarnya.
Ia menjelaskan berdasarkan Data Badan Pusat Statistik 2013, Produk Domestik Bruto (PDB) per Kapita selama periode 10 tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat pendapatan masyarakat Indonesia semakin meningkat.
Namun peningkatan pendapatan masyarakat tersebut belum diikuti oleh pola pengelolaan keuangan yang baik. Dari Data Badan Pusat Statistik, keinginan masyarakat untuk menabung akibat peningkatan pendapatan (marginal propensity to save) selama periode 2003-2012 cenderung menurun.
"Sebaliknya dalam periode yang sama keinginan masyarakat untuk konsumsi (marginal propensity to consume) cenderung meningkat," ujarnya.
Oleh karena itu, Pasar Keuangan Rakyat diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pengelolaan keuangan termasuk untuk lebih mengenal dan memahami kebutuhan utama, sekunder, dan kebutuhan masa datang sehingga tercipta masyarakat yang cerdas keuangan.
Berdasarkan Survei Nasional Literasi Keuangan OJK 2013, tingkat pengetahuan keuangan (literasi keuangan) sebesar 21,84% atau baru sekitar seperlima penduduk Indonesia yang memiliki kategori well literate.
Sedangkan tingkat inklusi keuangan sebesar 59,74 persen, yang notabene masih didominasi oleh penggunaan produk dan jasa keuangan sektor Perbankan sebesar 57,28 persen, diikuti Asuransi 11,81 persen, Pembiayaan 6,33 persen, Pegadaian 5,04 persen, Dana Pensiun persen dan Pasar Modal 0,11persen.
Ia menjelaskan kegiatan Pasar Keuangan Rakyat bertujuan untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat dengan memperkenalkan industri jasa keuangan beserta produk dan jasa keuangan, khususnya untuk masyarakat menengah ke bawah.
Tujuan lainnya adalah untuk memperluas akses masyarakat (financial inclusion) terhadap lembaga jasa keuangan maupun dalam menggunakan produk dan jasa keuangan.
"Ini juga untuk mendorong masyarakat untuk menggunakan produk dan jasa keuangan yang sesuai dengan kebutuhan, dan mendukung terciptanya masyarakat cerdas keuangan melalui pengenalan literasi keuangan sejak dini," jelasnya.