Rabu 21 Jan 2015 20:04 WIB

BI Rate Belum Bisa Turun, Ini Alasannya

Rep: C87/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Governor of Bank Indonesia Agus Martowardojo (file)
Foto: Republika/Yasin Habibi
Governor of Bank Indonesia Agus Martowardojo (file)

EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia belum bisa menurunkan suku bunga acuan (BI rate) yang saat ini di level 7,75 persen, meskipun saat ini harga minyak dunia turun di bawah 50 dolar per barel.

Sementara, defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) sampai akhir 2015 diperkirakan pada posisi 3 persen dari PDB.  Gubernur BI, Agus Martowardjojo, mengatakan posisi BI rate di level 7,75 persen mempertimbangkan kemungkinan inflasi di Indonesia.

"Jadi kita bisa mengatakan BI rate pada saat ini adalah untuk menjaga agar inflasi kita dapat kembali menuju target di 2015 yaitu 4 plus minus 1 persen," jelas Agus kepada wartawan seusai rapat dengan Badan Anggaran DPR RI di Senayan, Rabu (21/1).

Agus mengatakan pada 2013 defisit transaksi berjalan mencapai 3,3 persen dari PDB. Ditargetkan defisit transaksi berjalan akan menjadi lebih sehat di kisaran 3,3-3,5 persen dari PDB sepanjang tahun 2015. Dan diperkirakan di akhir 2015 akan berada di kisaran 3 persen dari PDB.

Terkait inflasi, Agus mengatakan tantangan eksternal kondisi dunia adanya twin shock. Pertama harga minyak yang turun drastis dari 113 dolar per barel menjadi kurang dari 50 dolar per barel. Kedua, normalisasi kebijakan The Fed, ekonomi Amerika akan menguat dan tingkat suku bunga di AS akan naik serta nilai tukar yang lebih kuat.

Namun, prediksi harga komoditi yang sebelumnya diperkirakan tidak turun ternyata meleset. Harga komoditi untuk delapan komoditi utama turunnya lebih tajam, yang diperkirakan 4-5 persen bisa turun sampai 11 persen di tahun 2015.

Di samping itu, Indonesia juga harus mengantisipasi kemungkinan World Economyc Outlook yang akan mengeluarkan hasil pandangannya di tahun 2015 pada akhir Januari. Pertumbuhan ekonomi dunia akan dikoreksi lagi, yang sebelumnya pada April 2014 mengatakan ekonomi dunia tahun 2015 akan tumbuh 4 persen, kemudian Oktober 2014 mengatakan akan tumbuh 3,85 persen.

"Kelihatannya di bulan Januari ini akan diterbitkan dan bisa-bisa ekonomi dunia turun di 3,5 persen, nah kalau kondisi dunia itu menurun tentu akan berdampak pada negara-negara termasuk Indonesia," imbuhnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement