EKBIS.CO, JAKARTA - Kebijakan moneter Quantitative Easing (QE) Bank Sentral Eropa (ECB) cukup berdampak bagi perekonomian Indonesia. Sementara kebijakan QE Bank Sentral Jepang (BoJ) tidak terlalu berdampak.
Managing Director and Senior Country Office JP Morgan Indonesia, Haryanto T Budiman, mengatakan kebijakan QE Bank Sentral Eropa sebesar 1,1 triliun Euro bakal dilakukan pada Maret-September 2015. Menurutnya, kebijakan QE Eropa akan berdampak positif bagi Negara-negara berkembang.
“Berapa bagian akan masuk ke negara-negara berkembang, itu akan membantu, tapi berapa besar saya enggak tahu, pasti ada likuiditas di pasar dan surat utang,” ujar Haryanto seusai acara Indonesia Economic and Market Outlook 2015 di Hotel Darmawangsa, Jakarta, Kamis (29/1).
Haryanto mengatakan tahun 2014 investasi portfolio yang masuk ke Indonesia dalam ekuitas dan obligasi besarnya 28 miliar dolar AS. Sehingga balance of payment Indonesia di 2014 menunjukkan net surplus 14,5 miliar dolar AS.
Namun, dia tidak bisa memperkirakan dampak QE Eropa apakah bisa sebesar tahun 2015. “Apalagi akan ada kenaikan suku bunga di AS, itu bisa mendorong outflow, tapi di sisi lain QE di Eropa mulai, itu bisa mendorong inflow, yang mana yang lebih kuat tergantung kondisi perekonomian di Indonesia, yang penting bagaimana kita bisa lebih kondusif,” imbuhnya.
Sementara itu, kebijakan QE di Jepang dilakukan untuk memperbaiki fundamentalnya. Menurutnya, Jepang memiliki tantangan yang besar, seperti kondisi demografi yang didominasi penduduk usia tua daripada usia produktif dan rasio gross domestic product (GDP) sebesar 200 persen.
Akibatnya, jika Jepang menaikkan suku bunga karena inflasi naik, maka dampaknya akan berat terhadap kondisi fiskal Jepang.