Selasa 10 Mar 2015 13:00 WIB

Di Luar Prediksi, Cina Catat Kenaikan Inflasi

Rep: Elba Damhuri/ Red: Satya Festiani
inflasi
inflasi

EKBIS.CO, BEIJING -- Perekonomian China tampaknya mulai menggeliat. Ini ditandai dengan kenaikan inflasi inti China pada Februari 2015 sebesar 1,4 persen.

Inflasi ini menunjukkan pemulihan ekonomi China mulai berjalan di mana pada lima tahun terakhir angka inflasi tercatat rendah. Pada Januari, inflasi hanya sebesar 0,8 persen atau terendah sejak November 2000.

Otoritas keuangan China menyebutkan kenaikan inflasi pada Februari didorong lonjakan harga pangan dan transportasi terkait perayaan Tahun Baru Imlek. China mematok target inflasi pada tahun ini hanya 3 persen, turun dari sebelumnya 3,5 persen pada 2014.

"Pemerintah mengatakan kenaikan ini karena perayaan Imlek, tetapi kami melihat alasan itu tidak cukup kuat bisa diterima," kata Ekonom Credit Agricole Hong Kong, Dariusz Kowalczyk, Selasa (10/3), seperti dikutip BBC.

Kondisi ini, menurut Dariusz, tidak akan berdampak pada kebijakan suku bunga Bank Sentral China. Ia berkeyakinan bank sentral tidak akan lagi memotong suku bunga mengingat angka sekarang sudah dianggap rendah dibandingkan inflasi.

Para pengamat sebelumnya memperkirakan China akan mengalami deflasi pada Februari seiring tren rendah inflasi sepanjang lima tahun terakhir. Angka 1,4 persen pada Februari cukup mengejutkan para analis seraya mengaku tidak percaya dengan catatan itu.

Indeks harga produsen menunjukkan penurunan (deflasi), jatuh sebesar 4,8 persen pada Februari yang memperlihatkan ekonomi China yang masih lemah. Penurunan ini terjadi di luar ekspektasi di mana pasar memperkirakan turun hanya 4,3 persen seperti pada Januari.

Kapasitas berlebihan dari pabarik-pabrik China diduga sebagai faktor penyebab terjadinya deflasi pada sisi produsen. Dariusz menyebut turunnya aktivitas ekonomi pada pasar properti ikut berperan atas deflasi indeks harga produsen tersebut.

Ekonom dari Moody's Analytics Alaistair Chan menilai tekanan terhadap inflasi China masih lemah jika merujuk pada masih terjadinya deflasi produsen. Memang, jelas Chan, indeks harga konsumen bergerak naik namun ini terjadi di tengah fenomena turunnya harga minyak yang mengecilkan biaya energi, merosotnya harga rumah, dan kelebihan produk di dalam negeri.

PM China Li Kexiang pada pidato di hadapan Kongres Rakyat Nasional China mengatakan perekonomian negeri tirai bambu itu akan menghadapi persoalan lebih sulit pada tahun ini, dibandingkan situasi pada 2014. Li memproyeksikan pertumbuhan ekonomi China hanya 7 persen pada 2015 atau turun dari 7,5 persen dari tahun lalu.

Inflasi inti menunjukkan kenaikan harga-harga pada periode tertentu akibat tidak bekerjanya sisi penawaran dan permintaan. Inflasi inti ikut dipengaruhi nilai kurs dibandingkan dengan mata uang lain, dan harga komoditas internasional.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement