EKBIS.CO, JAKARTA--Harga minyak AS merosot ke tingkat terendah dalam enam tahun terakhir pada Senin (Selasa pagi WIB), setelah sebuah laporan kartel minyak OPEC menunjukkan berlanjutnya kelebihan pasokan minyak.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April, turun 96 sen menjadi berakhir pada 43,88 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange setelah sebelumnya meluncur di bawah 43 dolar AS per barel.
Patokan Eropa, minyak mentah Brent untuk pengiriman April jatuh 1,23 dolar AS menjadi 53,44 dolar AS per barel di perdagangan London.
Dalam laporan pasar minyak bulanan, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) mempertanyakan validitas reli harga minyak pada Februaridi tengah kelebihan pasokan hampir satu juta barel per hari di pasar.
Kenaikan itu terjadi "meskipun faktanya pasokan global terus melebihi permintaan," kata OPEC.
Laporan ini menyusul analisis yang sama minggu lalu oleh Badan Energi Internasional (IEA), yang mengatakan persediaan minyak mentah AS sudah mendekati tingkat kapasitas penyimpanan akibat ledakan produksi minyak dan pemeliharaan berat di kilang-kilang.
Harga minyak telah turun sekitar 60 persen sejak Juni karena meningkatnya persediaan AS, lemahnya pertumbuhan ekonomi global dan keputusan OPEC untuk mempertahankan produksi tetap tinggi meskipun harga minyak turun.
Penurunan harga minyak telah menyebabkan produsen-produsen energi AS membatasi beberapa investasi mereka, sehingga jumlah rig mingguan lebih rendah.
Meskipun pengeboran minyak berkurang, Goldman Sachs pada Senin memperkirakan bahwa produksi minyak AS masih akan tumbuh 230.000 barel per hari pada kuartal keempat 2015 dibandingkan dengan setahun lalu.
Pada 2015, pasokan minyak non-OPEC diproyeksikan tumbuh sebesar 0,85 juta barel per hari, tidak berubah dari penilaian sebelumnya, sementara produksi minyak mentah OPEC turun 0,14 juta barel per hari menjadi 30,02 juta barel per hari, OPEC mengatakan dalam laporan pasar minyak bulanannya.
Produksi minyak mentah AS naik menjadi 9,366 juta barel dalam pekan yang berakhir 6 Maret, tingkat tertinggi sejak 1983, menurut Badan Informasi Energi (EIA), unit statistik Departemen Energi AS