EKBIS.CO, JAKARTA -- Meski kondisi ekonomi 2015 diprediksi masih relatif sama dengan 2014 dimana likuiditas masih ketat, Bank Syariah Bukopin (BSB) optimistis tetap bisa mendorong peningkatan pendapatan.
Usai Rapat Umum Pemegang Saham, Direktur Utama BSB Riyanto menjelaskan, mempertimbangkan kondisi 2015, BSB mendorong pendapatan dari biaya jasa (fee based income atau FBI).
Adalah hal umum di awal tahun melakukan konsolidasi sehingga ada penurunan meski tidak besar. Pada Februari 2015, sudah ada peningkatan pembiayaan di SBS meski masih kecil.
''Penambahan Rp 40-50 miliar, di Februari sediri Rp 36 miliar,'' kata Riyanto, Kamis (26/3).
FBI jadi opsi BSB untuk meningkatkan pendapatan. Pertengahan 2014, FBI sudah dijalankan dan akan ditingkatkan pada 2015.
Riyanto mengungkapkan, dana masyarakat sebenarnya banyak, tapi bagaimana mencari yang murah di produk tabungan dan giro (CASA). Sedangkan dana lain seperti deposito juga banyak, tapi biaya dananya masih lebih mahal.
Pengembangan produk yang murah biayanya seperti cash management, tabungan berhadiah, iB kepemilikan logam mulia, pembiayaan iB Siaga Pensiun, dan iB pembiayaan pendidikan.
Program direct selling ke komunitas misalnya dua juta anggota Muhammadiyah dan Amal Usaha Muhammadiyah.
Dengan begitu, pertumbuhan usaha SBS pada 2015 bisa mencapai 20-30 persen dengan dana dan pembiayaan antara Rp 600 miliar hingga Rp 1 triliun. ''Target ini cukup menantang di tengah kondisi yang ketat 2015,'' kata Riyanto.
Direktur Bisnis BSB Aris Wahyudi mengatakan produk-produk baru ke depan akan disesuaikan perkembangan di lapangan. Yang pasti BSB ingin mengembangkan FBI dan meningkatkan rentabilitas di tengah kondisi ekonomi dan politik yang kurang menentu seperti ini.
FBI akan dioptimalkan, saat baru 12 persen dari laba di akhir 2014. Targetnya bisa 30-50 persen. Ini diambil dari dana-dana jasa seperti pembayaran rekening listrik, telepon, dan lain-lain.