EKBIS.CO, JAKARTA—Mengantisipasi dampak kenaikan suku bunga the fed yang diperkirakan terjadi pertengahan 2015, BI melakukan upaya penjagaan current account defisit atau defisit transaksi berjalan agar lebih terjaga kembali ke tiga persen.
“Yang menjadi isu saat ini adalah situasi dilematis bahwa BI membutuhkan belanja modal tapi pada saat yang bersamaan harga komoditas utama seperti batu bara dan CPO turun,” kata Deputi Direktur Departemen Kebijakan Makro Prudensial Bank Indonesia Dwityapoetra S. Besar. Hal tersebutlah, kata dia, yang kemudian menyebabkan modal banyak yang masuk tapi rupiah masih melemah.
Di sisi lain, BI tengah concern terhadap defisit transaksi berjalan sehingga nantinya akan punya dampak kepada penguatan nilai tukar. Sebab pada akhirnya, harus dilakukan upaya keras dari sisi sektor ril untuk menyiapkan confidence dan persiapan fundamental yang lebih baik.
Diharapkannya, BI dan pemerintah dapat bersinergi dalam mempersiapkan hal tersebut dengan melakukan penyempurnaan di sisi regulasi. Sebab liberalisasi Asean harus siap dihadapi di antaranya dengan menambah supply di pasar valas yang saat ini masih kurang.
“Inilah yang kemudian kita perlu melakukan pendekatan yang lebih bold seperti bagaimana kita meminta eksportir untuk menahan valasnya di perbankan domestik dalam waktu tertentu,” tuturnya.