EKBIS.CO, JAKARTA - Pemerintah menargetkan peluang investasi hijau yang berpotensi tumbuh 20 persen setiap tahunnya. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani menyebut, selama 5 tahun terakhir (2010- 2014) total realisasi investasi hijau mencapai 30,3 persen dari total nilai investasi, yaitu sebesar Rp 486 triliun dibanding total nilai investasi Rp 1.600 triliun.
Dari realisasi tersebut, Franky melanjutkan, sebanyak 26,8 miliar dolar AS merupakan penanaman modal asing atau PMA dan Rp 139,1 triliun merupakan penanaman modal dalam negeri atau PMDN.
BKPM menargetkan investasi hijau akan tumbuh rata-rata 20 persen setiap tahun, hingga diperkirakan pada 2019 investasi hijau PMA mencapai 56 miliar dolar AS dan PMDN 448 triliun dolar AS.
"Pemerintah akan berdiskusi langsung dengan pemangku kepentingan dalam kerangka regulasi dan ekosistem yang mendukung terciptanya ekonomi hijau," ujar Franky.
Franky menyebut, delapan sektor potensial untuk investasi hijau antara lain pertanian, kehutanan, perikanan, pengusahaan tenaga panas bumi, industri pengolahan (biomassa, biofuel, komponen transportasi), pengadaan listrik dari sumber terbarukan, pengelolaan sampah daur ulang, dan pariwisata alam (ecotourism).
Sementara itu, Menteri ESDM Sudirman Said menegaskan, investasi hijau di bidang energi menjadi prioritas pemerintah yaitu pengembangan energi terbarukan dan konservasi energi. “Namun untuk pengembangan program energi terbarukan diperlukan anggaran yang besar, yaitu 10 kali lebih besar dari APBN-P 2015 hanya Rp 1,03 triliun,” kata dia
Dia menambahkan, Indonesia memiliki potensi sumber daya energi terbarukan. Data Kementerian ESDM, menyebut potensi energi hidro yang teridentifikasi sebesar 75 gigawatt (GW), potensi surya sebesar 112 GW, bahan bakar nabati (biofuel) mencapai 32 GW, angin 0,95 GW, biomassa 32 GW, panas bumi 28,8 GW, dan laut 60 GW.
Selain itu, Sudirman juga menegaskan pemerintah telah mewajibkan campuran 15 persen bahan bakar nabati (biodiesel) yang berbasis minyak sawit (CPO) untuk dicampurkan dalam solar. “Untuk itu, Kementerian ESDM akan meminta peningkatan anggaran program EBTK untuk meningkatkan produksi dan konsumsi energi baru, agar Indonesia tidak terlalu bergantung pada energi fosil, yang cadangannya terus menurun dan energi terbarukan secara bertahap bisa menggantikan minyak bumi," ujar Sudirman.