EKBIS.CO, SUBANG -- Penyerapan beras oleh Bulog Sub Divre Subang, Jabar, sampai saat ini masih minim. Dari target 40 ribu ton, perusahaan plat merah itu baru bisa menyerap beras sekitar 11 persen. Kondisi ini, disebabkan mundurnya masa panen. Serta masih tingginya harga gabah di tingkat petani.
Kepala Bulog Sub Divre Subang Dedi Supriyadi, mengatakan, pihaknya kesulitan dalam menyerap beras petani ini. Seharusnya, pada bulan April ini beras yang terserap mencapai 40 persen. Sehingga, sisanya bisa terserap di delapan bulan kemudian.
"Tapi, sampai sekarang kami baru bisa menyerap 11 persen," ujarnya, kepada Republika, Ahad (2/4).
Menurut Dedi, keterlambatan penyerapan ini akibat mundurnya masa panen. Di Subang, panen musim rendeng dimulai dari April dan akan berakhir Juni mendatang. Seharusnya, panen itu sudah dimulai sejak Maret lalu.
Sebaiknya, tanyakan ke Dinas Pertanian, kenapa musim panen saat ini terlambat? Karena, bila panen tak terlambat, pihaknya meyakini penyerapan beras sampai April sudah bisa 40 persen.
Menurut Dedi, tahun ini ada perubahan tren. Sebelumnya, Bulog menyerap gabah petani. Saat ini berubah jadi menyerap beras petani. Jadi, mayoritas yang diserap adalah beras. Pembelian beras oleh Bulog itu, merujuk pada aturan. Berdasarkan UU No 5/2015, Bulog membeli beras sesuai harga pembelian pemerintah (HPP), yakni Rp 7.300 per Kg.
Sementara itu, Bupati Subang Ojang Sohandi, mengakui bila panen rendeng tahun ini mundur. Hal itu, disebabkan kebiasaan petani yang suka menunda-nunda tanam. Karena itu, pada musim tanam gadu pertama, pihaknya akan melibatkan TNI untuk membina petani.
"TNI itu disiplin, jadi kalau TNI mendampingi petani, mereka bisa disiplin waktu tanam. Sehingga, kedepan tak akan berdampak pada mundurnya tanam dan panen," ujarnya.