Selasa 12 May 2015 14:24 WIB

Ekonomi Negara 'Kaya' Brunei Dinilai Rentan, Ini Sebabnya...

Rep: C87/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam.
Foto: trekearth.com
Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam.

EKBIS.CO, JAKARTA – Brunei menjadi salah satu dari beberapa negara berpenghasilan tinggi di Asia dan telah mencapai GDP per kapita 37 ribu dolar AS pada tahun 2014. PDB per kapita Brunei sedikit lebih tinggi dari PDB per kapita Jepang pada tahun 2014.

Kepala Ekonom IHS Asia-Pasifik Rajiv Biswas mengatakan, keberhasilan ekonomi Brunei sangat bergantung pada ekspor minyak dan gas, yang telah menjadi pendorong utama bagi pertumbuhan ekonomi. “Namun, keberhasilan ekonomi Brunei telah dibangun pada ekspor minyak dan gas, dan ini telah menciptakan kerentanan untuk bentuk masa depan ekonomi Brunei,” jelas Rajiv dalam siaran pers, Selasa (12/5).

Rajiv menambahkan, kombinasi dari fluktuasi besar dalam harga minyak dunia dan penurunan bertahap dalam produksi dari ladang gas Brunei yang ada telah menciptakan ketidakpastian tentang prospek industri ekspor minyak dan gas. Saat ini, rekening minyak dan gas menjadi sekitar 97 persen dari ekspor barang dagangan, yang menciptakan kerentanan nyata untuk prospek ekonomi Brunei jangka panjang karena ketergantungan yang tinggi pada minyak dan gas.

Menurut dia, sebuah transformasi ekonomi utama struktur perekonomian Brunei akan membantu untuk mengurangi kerentanan perekonomian secara keseluruhan untuk minyak dan gas dengan melakukan diversifikasi basis ekspor. Perkembangan industri petrokimia di Brunei akan menjadi salah satu sumber penting dari diversifikasi ekonomi dengan Zhejiang Hengyi Petrokimia untuk membangun kilang dan aromatik kompleks terpadu di Pulau Muara Besar yang akan dimulai produksi pada tahun 2017.

Sebuah Bio-Inovasi Koridor (BIC) juga didirikan untuk membuat Brunei sebagai pusat regional untuk penelitian bio-industri dan inovasi dengan fokus pada produk Halal makanan, kosmetik, farmasi, bioteknologi dan logistik. BIC baru ini dimaksudkan untuk akhirnya menciptakan 28 ribu lapangan kerja, dengan sekitar 9.500 ini pekerjaan baru diharapkan berada di industri pengolahan makanan.

Sumber ketiga diversifikasi ekonomi akan pariwisata, yang sudah memberikan kontribusi 3,2 persen terhadap PDB Brunei. Namun, dengan pertumbuhan yang cepat dari perjalanan wisata Asia, industri pariwisata Brunei bisa berubah menjadi bagian yang lebih besar dari perekonomian secara keseluruhan. Perjalanan udara intra-ASEAN meningkat pesat, dan ini dapat menyediakan sumber signifikan dari pengunjung wisata baru dari Asia Tenggara. Pasar konsumen lainnya yang berkembang pesat di Asia, terutama Cina dan India, juga mungkin sumber penting dari pertumbuhan industri pariwisata untuk Brunei.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement