EKBIS.CO, JAKARTA -- Direktur Institute for Development of Economic dan Finance (INDEF) Enny Sri Hartati menegaskan, jika rupiah mendekati Rp 14 ribu per dolar AS, maka perlu ada usaha dan terobosan yang jelas. Menurutnya, sekarang tak bisa hanya mengandalkan moneter atau intevensi Bank Indonesia (BI).
"Kalau hanya mengandalkan moneter atau bahkan instrumen BI mau menaikkan SB (suku bunga), itu malah jauh memperparah kondisi," katanya di Jakarta, Selasa, (9/6). Baginya, bila tak ada langkah spekulatif, rupiah dapat tertahan pada kisaran Rp 13 ribu dolar per AS sampai akhir 2015.
Enny memprediksi, tahun depan nilai tukar rupiah akan sangat ditentukan pada efektivitas berbagai program pemerintah tahun ini. Indikatornya nanti, mulai dilihat pada kuartal ketiga (Q3), apakah ada sektor riil yang tumbuh.
Jika tak ada transformasi struktural di Q3, maka besar kemungkinan sulit bagi rupiah berada di bawah Rp 13 ribu per dolar AS, bahkan di 2016 sekali pun.
"Yang bisa memberikan penurunan tekanan depresiasi ini adalah kalau sektor riil tumbuh, sehingga akan meningkatkan ekspor, pengendalian impor, dan menumbuhkan optimisme capital inflow yang masuk dalam bentuk Foreign Direct Investmen (FDI) atau atau investasi langsung luar negeri," tuturnya.