EKBIS.CO, JAKARTA -- Direktur Keuangan Prudential Indonesia John Oehmke memaparkan, pertumbuhan bisnis baru mencakup 39 persen dari total pendapatan premi yang diperoleh perusahaan. Produk unitlink menjadi produk utama yang masih dicari masyarakat saat ini.
"Premi lanjutan yang tumbuh 21 persen menunjukkan semakin tingginya kesadaran masyarakat untuk mempertahankan polis jangka panjang dan perlindungan jangka panjang," ujar John dalam paparan kepada media di Ritz Carlton Pacific Place Jakarta, Selasa (16/6).
Neraca keuangan perusahaan merupakah salah satu yang terkuat dalam bisnis perusahaan. Total aset perusahaan saat ini tercatat lebih dari Rp 63 triliun atau tumbuh 23 persen dibandingkan kuartal I-2014 yang mencapai Rp 51 triliun. Menurutnya, neraca keuangan yang kuat akan semakin menjamin perlindungan nasabah.
Total klaim proteksi tercatat meningkat 30 persen menjadi Rp 791 miliar dibandingkan kuartal I-2014 sebesar Rp 611 miliar. Klaim proteksi termasuk kematian dan biaya medis. Pertumbuhan tersebut sejalan komitmen perusahaan dalam pembayaran klaim.
"Tolok ukur perusahaan asuransi yang dilihat dari risk based capital tercatat sebesar 833 persen atau di atas ketentuan pemerintah sebesar 120 persen," imbuh John.
Sementara itu, Direktur Komunikasi dan Pemasaran Perusahaan Nini Sumohandoyo memaparkan, berdasarkan data Boston Consulting Group, pada tahun 2020 Indonesia akan memiliki 141 juta penduduk kelas menengah.
Menurut Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), dari 250 juta penduduk Indonesia baru sekitar 6 persen yang memiliki polis asuransi jiwa. Sebanyak 73 persen orang tua di Indonesia tidak menghitung secara rinci jumlah yang dibutuhkan untuk tujuan keuangan mereka.
Sedangkan data dari WHO menunjukkan masyarakat Indonesia masih perlu membayar 50 persen biaya media mereka karena kurang memiliki perlindungan asuransi.
"Kami optimistis dengan pertumbuhan ke depan, karena gap protection (ketimpangan proteksi) masih lebar. Karena baru 6 persen masyarakat Indonesia yang punya polis asuransi," imbuh Rinaldi.
John menambahkan, bisnis asuransi syariah juga menjadi pilar penting dalam bisnis Prudential. Bisnis syariah Prudential juga dinilai menjadi yang terdepan di antara perusahaan asuransi lainnya. Pembayaran premi lanjutan untuk bisnis syariah tumbuh 21 persen atau lebih dari Rp 556 miliar. Sehingga, manajemen perusahaan akan lebih fokus pada pertumbuhan bisnis syariah.
Nini menjelaskan, produk syariah yang dimiliki perusahaan sama dengan yang konvensional. Secara kontinyu, perusahaan akan melakukan inovasi produk tapi tidak khusus syariah, karena target market sama dan kebutuhan orang sama. Ke depan, perusahaan akan lebih mendengarkan apa yang dibutuhkan dari produk syariah atau mikro.
"Prudential sudah bermitra dengan Masyarakat Ekonomi Syariah sejak tahun lalu. Kami sudah melakukan roadshow (kunjungan) di delapan kota, tahun ini akan lebih banyak lagi. Itu salah satu untuk meningkatkan literasi keuangan," jelas Nini.