EKBIS.CO, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah masih melemah. Tak hanya karena pengaruh global, faktor struktural dan sentimen pasar pun dinggap sebagai penyebabnya.
Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM) Tony Prasentiantono menjelaskan, membaiknya perekonomian Amerika Serikat (AS) seperti raksasa bangkit. Jumlah pengangguran di sana juga menurun.
"Indikasinya sekarang, muncul 200 ribu hingga 370 ribu lapangan pekerjaan, sehingga pengangguran turun dari 10 persen menjadi 5,5 persen," jelas Tony. Ia menambahkan, penjualan mobil di AS year on year pun mencapai 17 juta unit.
Sedangkan di Indonesia hanya 1,1 juta unit. Kurs rupiah juga masih di atas Rp 13.300 per dolar AS.
Meski begitu, Tony tetap memprediksi ekonomi Indonesia akan membaik pada semester II tahun ini menjadi 5,1 sampai 5,2 persen. Pertumbuhan kredit bank juga diperkirakan antara 10 sampai 12 persen.