EKBIS.CO, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo) Joni Liano mengakui rantai distribusi sapi impor masih butuh banyak pembenahan. Oleh karena itu, ia bersama tim kecil yang baru dibentuk di Kementerian Pertanian (Kementan) bertugas menelisik permasalahan rantai pasok. Tugas lainnya termasuk mendata pasokan dan kebutuhan sapi secara akurat.
Pada Jumat (21/8), pemerintah membentuk tim kecil yang bertugas menyelesaikan permasalahan sapi nasional dalam jangka pendek dan panjang. Tim terdiri dari Kementan, Kementerian Perdagangan dan para stakeholder sapi termasuk peternakndan pengusaha feedloter.
"Rantai distribusi terlalu panjang, ini akan kita benahi bersama tim," ujarnya. Menyoal alur sapi impor, Joni menerangkan, mula-mula sapi impor masuk di pelabuhan. Lantas digiring ke kandang dan dimasukkan ke kandang karantina selama dua pekan. Seelah itu, barulah memasuki proses penggemukan selama empat bulan dan di-finishing. Kemudian, masing-masing perusahaan akan mendistribusikan sapi secara berangsur-angsur per hari.
"Rata-rata 100-200 ekor," ujarnya. Namun, di sanalah letak sistem tata niaga yang panjang. Misalnya, sapi impor dari feedloter ke Rumah Potong Hewah (RPH) rentan dicampuri penjual lain, misalnya bandar atau calo.
Tim, lanjut Joni, diprioritaskan agar terbentuk sempurna pekan ini. Di mana, telah ada nama resmi berikut anggota-anggotanya. Setelah itu, barulah menginjak pada pembahasan dan kajian soal data pasokan sapi berikut kebutuhannya, hingga penghitungan kuartal impor. Akan dibicarakan pula peraturan-peraturan yang berpotensi menghambat pembangunan peternakan nasional termasuk industri feedloter.
Di samping itu, Joni pun menyatakan dukungan Bulog sebagai pelaksana impor sapi potong. Namun, kerja sama antara keduanya, misalnya dalam penyediaan kandang untuk sapi belum dibicarakan.