EKBIS.CO, JAKARTA -- Mantan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan perkembangan ekonomi di negara-negara Asia termasuk Indonesia saat ini tengah mengkhawatirkan. Ia pun meminta pemerintah belajar dari pengalaman saat Indonesia terkena krisis ekonomi tahun 1998 dan krisis ekonomi global 2008.
"Negara-negara Asia harus sungguh menyadari bahwa perkembangan ekonomi sudah "lampu kuning". Cegah jangan sampai "merah"," tulis SBY dalam akun twitternya @SBYudhoyono.
SBY melanjutkan dalam menghadapi memburuknya perekonomian Asia, maka diperlukan adanya aksi nasional termasuk solusi dan kebijakan yang harus efektif. Pemerintah Indonesa juga perlu melakukan regional policy coordination serta menggunakan kerangka ASEAN dan ASEAN + .
"Petik pelajaran krisis Asia 98 & krisis ekonomi global 2008. Ingat selalu ada contagion effect & faktor eksternal & internal," tulisnya lagi.
SBY menuliskan, bukan hanya emerging economies yang pertumbuhannya melambat, tapi juga negara-negara Asia. Termasuk Tiongkok. Ketua Umum Partai Demokrat itu juga menilai kejatuhan nilai tukar, saham gabungan dan harga minyak melebihi kewajaran.
"Makro dan mikro ekonomi, sektor keuangan dan riil telah terpukul," ucapnya.
Dengan sedang melemahnya ekonomi Asia, ia berharap ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan segera berakhir, agar tidak semakin memperburuk keadaan. Dalam pandangannya saat ini kondisi perekomian Indonesia mulai terdampak.
"Cegah jangan sampai makin cemas, kehilangan "trust" dan hidupnya makin susah. Menurut saya, manajemen krisis harus diberlakukan. Jangan "underestimate" dan jangan terlambat. Apalagi pasar dan pelaku ekonomi mulai cemas," jelasnya.
Presiden ke-6 Indonesia itu mengatakan masih percaya pemerintah bisa atasi gejolak ekonomi saat ini. Namun pemerintah sebaiknya lebih fokus dan serius, serta cegah hal-hal yang tak perlu. Ia menilai di jajaran kabinet dan pemerintah tidak sedikit yang memahami ekonomi dan bisa ikut atasi gejolak saat ini.
"Perlu tim kerja yg solid & efektif. Indonesia memang sering alami gejolak. Dalam krisis 98 ekonomi kita jatuh,tetapi dalam krisis gobal 2008 kita selamat. Ambil pengalamannya," tulisnya," tulisnya.
"Tahun 2008-2009 dulu kita bisa minimalkan dampak krisis global,karena pemerintah (pusat & daerah), dunia usaha, BUMN, ekonom dan pimpinan media bersatu. Saat ini, yang diperlukan adalah kepemimpinan denga direktif yang jelas, solusi,kebijakan dan tindakan yang cepat dan tepat, serta dukungan semua pihak," jelasnya.