EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (Alfamart) menyiapkan beberapa strategi baru untuk menjaga pertumbuhan bisnisnya di tengah pelambatan pertumbuhan ekonomi yang juga melanda industri ritel saat ini.
Untuk langkah awal, pihaknya berencana akan menambah jumlah toko, memanfaatkan teknologi informasi, dan mengoptimalkan lini bisnis di luar negeri. Strategi tersebut direncanakan, mengingat produk yang dipasarkan di toko Alfamart merupakan produk lokal. Namun beberapa di antaranya ada yang menggunakan bahan baku impor. Akibatnya, ikut terkena imbas di tengah melemahnya nilai tukar Rupiah.
Hans mengakui, pilihan terakhir menaikkan harga bisa menurunkan daya beli konsumen yang berujung pada melambatnya pertumbuhan pendapatan dan laba perusahaan. Namun agar roda bisnis tetap berjalan, Alfamart memanfaatkan perangkat teknologi, salah satunya tablet. Tujuannya untuk mengefisiensikan penggunaan kertas dalam setiap laporan transaksi bisnis.
"Pilihan terakhir dilakukan ketika suplier (pemasok) menaikkan harga ke Alfamart. Mau tidak mau, kami juga menaikkan harga jual ke konsumen. Biasanya di kisaran 4 hingga 10 persen," kata Presiden Direktur Alfamart Anggara Hans Prawira , Selasa (1/9).
Untuk target skala nasional di tahun 2015, Alfamart akan membangun 1.200 toko baru. Ekonomi yang lesu juga tidak membuat perusahaan menghentikan ekspansi toko di luar negeri. Hans menyebutkan, pihaknya akan membuka 100 toko Alfamart di Filipina pada semester II/2015.
"Hingga semester pertama ini, perusahaan kami telah membuka 60 gerai Alfamart di Filipina," ucapnya.
Dengan kehadiran toko di luar negeri, Alfamart berharap bisa menggenjot ekspor produk-produk lokal ke luar negeri. Rupiah yang melemah diharapkan bisa membuat harga produk ekspor ini bersaing. Hans menambahkan, bahwa kondisi perekonomian saat ini adalah tantangan bagi peritel. Karena itu, perusahaan tidak mematok target yang muluk untuk tahun ini.
"Target pertumbuhan kami hanya sekitar 6 hingga 10 persen saja," katanya.