EKBIS.CO, JAKARTA -- Pengamat properti Ali Tranghanda mengatakan pasar properti sedang memasuki fase siklus baru karena perlambatan penjualan perumahan yang terjadi pada saat ini diyakini pada masa mendatang bakal melonjak kembali.
"Kondisi ini merupakan sebuah siklus alamiah pasar properti yang harus dilalui, dan pengembang tidak perlu manja. Karena pasar properti akan memasuki fase baru siklus properti," kata Ali Tranghanda dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat (4/9).
Ali yang juga merupakan Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch itu mengakui memang perlambatan pasar properti memang dirasakan sejak memasuki awal tahun 2015.
Perlambatan itu, ujar dia, telah coba diprediksi diirnya dengan mengatakan pasar properti akan mulai bangkit tahun 2009 hingga mencapai puncaknya pada 2013.
Kemudian, setelah memang terjadi puncak pasar properti, diprediksi kembali bakal terjadi perlambatan pada tahun 2014 yang ternyata benar terasa sampai kini.
"Dan kenyataannya saat ini pasar properti memang berada di titik terendah," katanya dan menambahkan, hal ini juga terkait dengan kondisi perekonomian Indonesia yang belum pulih.
Namun, ia mengingatkan bahwa harus dibedakan jatuhnya perekonomian karena fundamental yang lemah dengan melemahnya perekonomian karena belanja negara yang sangat besar.
Pemerintah saat ini, menurut Ali, berpikir jangka panjang dan tidak hanya melihat sebagai periode pemilu lima tahunan karena dampak infrastruktur akan sangat menjanjikan untuk pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) meyakini sektor properti dan otomotif akan mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi ke depannya terutama pada semester II 2015 mendatang, seiring dengan realisasi proyek infrastruktur pemerintah dan meningkatnya jumlah masyarakat kelas menengah.
Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Yati Kurniati mengatakan, sektor properti dan otomotif kan menjadi motor penggerak laju pertumbuhan ekonomi dan juga meningkatkan pertumbuhan di sektor-sektor lainnya.
"Kalau sektor properti bisa tumbuh, maka sektor-sektor terkait akan turut tumbuh karena pertumbuhan kelas menengah relatif besar dan semakin meningkat," ujar Yati di Jakarta, Kamis (6/8).
Yati menuturkan, untuk mendorong pertumbuhan sektor properti dan otomotif sendiri, bank sentral telah melakukan kebijakan penyesuaian LTV. "Kebijakan pelonggaran LTV (loan to value) diperkirakan akan mendorong pertumbuhan di sektor properti dan otomotif," katanya.
Menurut Yati, sejauh ini peran pembiayaan dari perbankan masih penting bagi pertumbuhan sektor properti dan otomotif di tengah tekanan ekonomi global dan domestik. "Meski ada pengembang properti yang bergantung pada penerbitan bonds dan pinjaman luar negeri," ujarnya.