Kamis 17 Sep 2015 19:40 WIB

Menkeu: Gejolak Nilai Tukar Sudah Terjadi Sejak Pertengahan 2013

Rep: Satria Kartika Yudha/ Red: Teguh Firmansyah
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus melemah di atas Rp 14 ribu.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus melemah di atas Rp 14 ribu.

EKBIS.CO, JAKARTA - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengakui kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat the Federal Reserve (the Fed) akan menambah tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Namun, kenaikan suku bunga akan lebih baik dilakukan secepatnya agar tidak lagi menimbulkan spekulasi.

"Kalau ada kenaikan, mungkin akan terjadi gejolak. Tapi sebagian besar gejolak sebenarnya sudah terjadi sejak pertengahan 2013," kata Bambang di kantornya, Kamis (17/9).

Dikatakan Bambang, pelaku pasar di seluruh dunia sejak jauh-jauh hari sudah merespons rencana kenaikan suku bunga the Fed. Nilai tukar dolar terhadap semua mata uang didunia sudah terkoreksi seolah-olah the Fed benar-benar sudah menaikkan suku bunga.

Yang penting, kata Bambang, Indonesia harus terus memperbaiki masalah struktural. Yakni bagaimana menciptakan struktur ekonomi yang lebih kuat dalam jangka menengah dan panjang.

"Intinya, kita ingin survive dalam kondisi ketidakpastian global seperti sekarang," kata Bambang.

Bambang menambahkan, pemerintah sudah banyak kebijakan yang dikeluarkan dan disiapkan melalui paket kebijakan. Untuk mengatasi ketidakpastian global dalam jangka pendek, pemerintah terus mendorong adanya stimulus fiskal. Stimulus fiskal bukan berarti hanya ada uang segar di dalam siklus perekonomian, tapi juga membuat kebijakan yang punya dampak jangka pendek.

"Jangka pendek itu misalnya percepatan penyarapan anggaran, meningkatkan daya beli, dan memberikan insentif dunia usaha," ujar Bambang.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement