EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Pertamina (persero) merilis kebijakan koperasi untuk menghadapi tantangan ekonomi dalam negeri yang semakin tertekan.
Nilai tukar rupiah yang semakin merosot, menyentuh Rp 14.600 di samping harga minyak dunia yang masih rendah, memaksa Pertamina untuk mengambil langkah cepat. Pasalnya, transaksi Pertamina banyak yang menggunakan akan dolar AS.
CP Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro menyebutkan, langkah perusahaan ini dilakukan untuk meminimalkan dampak eksternal dan menjaga nilai investasi Pertamina.
"Pertama adalah kami tetap ekspansi di hulu. Karena kami ingin pertahankan produksi. Kedua adalah efisien di level operasional. Lalu efisiensi dari kilang agar harga semakin kompetitif. Lalau kembangkan infrastuktur khususnya di bidang hilir," jelas Wianda kepada awak media, Jumat (25/9).
Strategi kelima, lanjut Wianda, adalah perbaikan tata kelola keuangan. Target efisiensi Pertamina tak tanggung-tanggung, 500,42 juta dolar AS.
Realisasi dari Januari hingga Agustus 2015 ini, setidaknya sudah tercapai 369,52 juta dolar AS efisiensi. Salah satu upaya yang paling getol dilakukan korporasi adalah upaya sentralisasi pengadaan barang dan jasa.
Apabila dulu unit usaha Pertamina bila melakukan pengadaan barang dan jasa secara mandiri, sekarang semua procurement harus melalui Pertamina pusat. Hal ini karena dahulu pengadaan kerap kali tidak efektif, artinya ada lebih dari satu anak usaha yang melakukan pengadaan barang yang sejenis. Padahal, bisa dilakukan penghematan.
"Dari sana penghematan sekitar 90 juta dolar AS," ujar Wianda.
Selain itu, Pertamina juga melakukan penghematan pengadaan crude dan produk. Wianda menyebutkan, pihaknya selalu mencari harga minyak mentah yang kompetitif. Efisiensi dari hal ini bisa mencapai 110 juta dolar AS.
"Kita juga menekan angka loses. Kita sertakan tim terdiri dari ISC, perkapalan, dan lainnya untuk saksikan proses pembongkaran. Inspeksi secara intensif," lanjut Wianda.