EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah disarankan untuk menurunkan harga bahan bakar (BBM) untuk mendorong daya beli masyarakat yang melemah karena terus merosotnya nilai tukar rupiah.
Pengamat ekonomi, Didik J Rachbini menilai Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah bersikap cukup responsif dengan menerbitkan paket kebijakan September I.
Kendati demikian, dia berharap agar Presiden dalam paket-paket kebijakan selanjutnya lebih berfokus pada efisiensi birokrasi dan penurunan harga bahan bakar minyak (BBM), yakni premium dan solar bersubsidi.
"Penurunan harga BBM akan berdampak sangat signifikan dalam meningkatkan daya beli masyarakat. Sebab Penurunan harga BBM akan memangkas biaya produksi sehingga produktivitas masyarakat lebih tergenjot dan aktivitas ekonomi tak lagi lesu," ujar Didik di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (26/9).
Apalagi, menurutnya saat ini harga minyak mentah dunia kini sedang mengalami tren penurunan. Maka kini menjadi waktu yang tepat bagi pemerintah untuk menyepakati patokan harga BBM.
Misalnya, akhir tahun ini harga BBM dapat diturunkan, untuk kemudian dibuatkan kesepakatan patokan-patokan harga BBM pada bulan-bulan tertentu tahun depan.
Sehingga, kalangan pasar maupun masyarakat rumah tangga dapat memprediksi terlebih dahulu pergerakan harga BBM dari bulan ke bulan.
Bila demikian, tegas Didik, tingkat kepercayaan pasar terhadap pemerintah juga akan meningkat. Krisis ekonomi belakangan ini, menurut dia, lebih disebabkan menurunnya trust pasar, alih-alih fundamental ekonomi nasional.
"BBM juga begitu. Turunkan. Kesepakatan. Satu tahun, naik lagi. Pabrik-pabrik akan bisa mendapatkan ongkos yang lebih murah. Harus begitu," katanya.