Sabtu 10 Oct 2015 22:29 WIB

Tetap Ada Angin Segar Bagi UMKM

Red: Djibril Muhammad
Ketua Pengurus Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) F.X. Sri Martono (kiri)
Foto: Dokumen TDBA
Ketua Pengurus Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) F.X. Sri Martono (kiri)

EKBIS.CO, JAKARTA -- Perlambatan ekonomi hampir terasa di semua lini. Industri besar hingga industri kecil. Perekonomian Indonesia pada triwulan kedua 2015 tumbuh 4,67 persen dibandingkan 2014. Pertumbuhan ekonomi ini melambat dibandingkan capaian triwulan kedua 2014 yang tumbuh 5,03 persen.

Ekonomi melambat. Rupiah sempat menyentuh Rp 14.700 per dolar AS. Hal ini berdampak bukan hanya pada industri kelas kakap. Industri kecil seperti UMKM pun kena imbas. Diakui Ketua Pengurus Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA) FX Sri Martono, perlambatan ekonomi terjadi di semua bidang ekonomi.

Namun, bagi yayasan di bawah payung Astra Internasional yang fokus di bidang pemberdayaan ekonomi ini, selalu ada angin segar dan celah yang bisa dimanfaatkan UMKM untuk tetap bertahan.

Hanya saja, untuk menyiasati pasar yang sepi ini, UMKM harus bisa memberikan 'jaminan mutu.' UMKM perlu memenuhi standar yang dibutuhkan dunia industri. Dengan standar ini, UMKM diharapkan bisa terus bertahan di tengah himpitan perekonomian yang dirasa semakin sulit.

"Dengan perlambatan ekonomi ini, sekarang nggak ada yang nggak kena. Biasanya, UMKM yang sudah kita bina selama ini juga berkaitan dengan industri besar. Tadinya kita pikir orang akan terus belanja, tapi ternyata terus melambat, jadi semua kena," ujar dia, kepada wartawan Republika.co.id, Dwi Murdaningsih, baru-baru ini.

Dengan standar kualitas yang sama, UMKM bisa dikenalkan dengan pasar lain sehingga ketika industri besar yang berkaitan dengan UMKM sedang lesu, bisa dialihkan ke pasar lain yang serupa.

Dia mencontohkan pengalihan pasar yang bisa disiasati UMKM di bidang komponen. Jika selama ini UMKM biasa memasok komponen untuk perusahaan otomotif, mereka bisa mengalihkan pasarnya ke industri elektronik lantaran pasar otomotif penjualannya kini tidak semoncer tahun lalu.

"Bisa dikenalkan dengan pasar yang lain, tapi dia (UMKM) harus memenuhi kriterianya," ujar dia.

Diakui dia, bisa mengalihkan pasar UMKM ini bukanlah hal yang instan atau serta merta. Tidak banyak UMKM yang bisa seperti itu. UMKM harus dibina, dibimbing sehingga bisa memenuhi standar yang industri besar.

Hal itulah yang selama ini dilakukan YDBA sejak 35 tahun lalu. YDBA mencoba mengambil peran dengan melatih UMKM agar bisa inovatif sehingga bisa terus 'naik kelas.' Hingga saat ini, binaan YDBA mencapai 8600-an UMKM. YDBA memberikan pelatihan bagi UMKM.

Menurut Sri, pelatihan yang diberikan juga bukan semata-mata soal ketrampilan atau pemberian akses pasar. Dia mengatakan pelatihan yang paling sulit terkadang justru soal mental UMKM.

Tidak mudah membiasakan UMKM bisa bersikap disiplin, percaya diri dan tidak cepat merasa puas dengan apa yang diperoleh. Sikap mental seperti ini, menurut dia, yang menjadikan UMKM selalu haus untuk belajar sehingga terus berkembang menjadi lebih baik.

"Tugas kita mengisi itu supaya mereka tetap bisa kompetitif dari segi inovasi. Dan ini perlu disiplin dan mental," katanya.

UMKM mendapat pelatihan, pendampingan hingga akhirnya mendapatkan akumulasi kompetensi. Pelatihan pun tak semata-mata dilakukan di dalam negeri. Ada kalanya, UMKM diberi ilmu hingga ke luar negeri. Baru-baru ini, YDBA memberangkatkan UMKM ke Jepang sehingga UMKM bisa belajar hal baru yang tidak dijumpai di Indonesia.

Memberikan pelatihan kepada UMKM di luar negeri atau mendatangi 'guru' menjadi salah satu strategi YDBA. Kadang, studi banding di tempat lain juga dilakukan agar binaan UMKM bisa melihat langsung pengalaman dari yang lebih ahli. Misalnya, petani di Kalimantan diajak magang di tempat lain agar bisa belajar resep sukses dari petani lain yang masih satu bidang usaha.

"Saya cukup salut, pulang dari training di luar negeri bisa meningkatkan efisiensi, ini sebagai salah satu contoh," katanya.

Pembinaan yang diberikan kepada UMKM ini juga menyesuaikan dengan potensi masing-masing daerah. Untuk memetakan potensi UMKM, YDBA bekerja sama dengan 'YDBA mini' alias YDBA yang berlokasi di daerah-dareah.

YDBA mini inilah yang memetakan poensi yang ada dan bagaimana mengoptimalkan potensi agar lebih optimal. UMKM yang ada dikenalkan dan diberi link dengan perusahaan-perusahaan besar. Ketika sudah berjalan, masyarakat bisa lebih mandiri. YDBA kini telah ada di 14 daerah dan didukung 10 lembaga keuangan mikro (LKM).

Tak hanya itu, soal pembinaan UKM juga dikenalkan kesadarannya mengenai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Dia berharap pembinaan yang dilakukan YDBA bisa melampaui suatu standar sehingga level kepercayaan diri UMKM bisa bertambah.

Dengan begitu, UMKM siap berkiprah lebih luas lagi. Jika perlu, UMKM bisa go international. Menurut dia, hal yang menjadi kunci adalah konsistensi dari UMKM agar bisa memenuhi standar yang ditetapkan dalam skala industri.

Deputi Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UKM Chairul Djamhari mengatakan peranan swasta sangat berarti untuk meningkatkan potensi dan pertumbuhan UMKM.

Biar bagaimanapun, kata dia, antara perusahaan dan UKM adalah mata rantai yang saling berhubungan. Hanya skala kerja yang membedakan antara UKM dan perusahaan besar dalam peranannya di dalam perekonomian Indonesia.

"Peranan swasta sangat berarti, UKM hanya dibedakan skalanya dalam pengelolaan pasar. Soal pengembangan produk tidak ada bedanya dengan perusahaan swasta. Ini saling membutuhkan,” katanya, saat dihubungi.

Soal perekonomian Indonesia yang melemah, diakui dia juga berdampak pada kinerja UMKM. Dilihat dari penyaluran kredit dan pembiayaan UMKM, Juli, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pertumbuhan penyaluran kredit UMKM sebesar 3,7 persen (ytd) dari Desember 2014 hingga Juli 2015. Total penyaluran kredit UMKM tercatat sebesar Rp 354,6. Sementara, pertumbuhan kredit perbankan secara industri mencapai 4,43 persen.

Menurut dia, penyaluran kredit UMKM yang berada di bawah penyaluran kredit industri berhubungan dengan pelemahan ekonomi. Namun, kecilnya pertumbuhan ini juga dipengaruhi UMKM yang saat ini mulai banyak mengakses dana dari non-perbankan seperti leasing.

Dari data penyaluran kredit tersebut, menurut dia, juga tidak selalu diartikan negatif. Dengan pertumbuhan ekonomi yang melemah, UMKM saat ini sedang melakukan konsolidasi. Momen ini, menurut dia, bisa dimanfaatkan UMKM untuk mencari tahu dan membanding-bandingkan jenis usaha yang lebih menguntungkan dan risiko pasar yang lebih rendah.

"UMKM ini bisa ganti ke industri satu ke industri lain. Masa-masa sekarang ini digunakan utnuk melakukan konsolidasi dan melihat kelihat ke arah mana bisnis menguntungkan," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement