EKBIS.CO, Oleh DR Meta Novia/Erik Purnama Putra
Siang itu begitu terik di lahan parkir Waduk Pluit, Jakarta Utara. Namun, hal itu tidak menyurutkan sekelompok sopir yang tampak asyik mengobrol di antara puluhan bajaj berwarna biru yang tertata rapi. Para sopir bajaj yang memakai seragam biru, lengkap dengan tanda pengenal terdengar membicarakan masalah yang dihadapi bajaj.
Rupanya mereka sedang menunggu acara pelatihan mekanik untuk pengemudi bajaj gas yang dihelat PT Perusahaan Gas Negara (PGN). Kegiatan itu dihelat sebagai rangkaian hari ulang tahun (HUT) PGN ke-50, sekaligus untuk mendekatkan diri terhadap para konsumen setia bahan bakar gas (BBG) tersebut.
Koordinator Komunitas Bajaj Gas (Kobagas) Alras S mengatakan, rekan-rekannya sangat antusias mengikuti pelatihan mekanik. Dia mengaku, selama ini hampir tak ada pelatihan yang diberikan perusahaan terhadap para pengemudi bajaj. Padahal, seringkali para sopir harus berjuang ekstra keras ketika kendaraannya bermasalah atau bahkan mogok.
"Kami senang sekali diajak pelatihan mekanik mesin bajaj gas. Bajaj itu mereknya dua, yakni model bajaj RE dan bajaj TVS. Keduanya berasal dari India, sehingga tak semua bengkel bisa memperbaiki bajaj gas. Makanya dengan pelatihan ini kami bisa memperbaiki sendiri jika bajaj tiba-tiba mogok di jalan," kata Alras kepada Republika.co.id
Sopir bajaj terbantu
Ketika pelatihan dimulai, para pengemudi bajaj tampak saksama mendengarkan setiap materi yang diajarkan. Dalam pelatihan ini, para sopir bajaj gas diajarkan teori pada hari pertama. Lalu pada hari kedua, diajak praktik memperbaiki mesin bajaj saat mengalami kerusakan.
Alras mengungkap, berdasarkan penuturan anggota Kobagas, banyak yang mengaku terbantu dengan pelatihan itu. Pasalnya, para sopir mendapatkan ilmu baru dari praktisi sehingga tidak kesulitan mengotak-atik mesin ketika kendaraannya bermasalah. "Kami diajari cara membuka mesin dan membetulkan mesin secara singkat. Ini dibutuhkan jika tiba-tiba mesin bajaj mogok saat di jalan."
Yang membuat sopir bajaj terbantu, menurut dia, tak semua mekanik di bengkel langganan itu bisa memperbaiki bajaj. Itu tidak lain lantaran mesin bajaj buatan India belum terlalu familiar bagi mekanis bengkel. “Makanya pelatihan mekanik ini sangat berguna bagi para sopir bajaj. Apalagi pelatihnya dari pabriknya di India sana,” tuturnya.
Pendapat itu diamini anggota Kobagas Mulyono, yang mengaku senang menjadi sopir yang terpilih untuk mengikuti pelatihan mekanik tersebut. Dia juga girang karena mendapat sertifikat. Meski bajaj yang dikemudikannya bukan milik sendiri, ia merasa terbantu kalau setidaknya punya pengetahuan dasar untuk menangani mesin saat bermasalah.
Mulyono menyatakan, selama kalau kendaraannya rusak di tengah jalan, ia selalu menelpon mekanik dari bengkel langganan untuk memperbaiki bajajnya yang mogok. Kemudian mekanik menggunakan sepeda motor datang ke lokasi untuk memperbaiki bajajnya.
"Dengan pelatihan mekanik ini, saya berharap bisa memperbaiki bajaj saya sendiri kalau mogok di tengah jalan. Sehingga saya tak perlu pusing menelpon mekanik lagi," katanya dengan mata berbinar-binar. Tentu saja, aku dia, pengeluarannya bisa berkurang kalau sudah bisa memperbaiki kendaraan sendiri, lantaran tidak perlu membayar ongkos mekanik
Bajaj, terang Mulyono, biasanya kerusakannya tidak terlalu parah lantaran mesinnya masih tergolong baru. Persoalan yang dihadapinya berkutat pada masalah sekring, tali gigi, aki, dan pengapiannya. Kalau sudah tahu cara memperbaikinya, nanti tinggal membeli alat untuk perbaikan saja. "Saya berharap PGN sering mengadakan pelatihan mekanik. Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi kami."
Mendukung lingkungan bersih
Direktur Komersial PT Gagas Energi Indonesia Achmad Rifa'i menyebut, pelatihan mekanik itu memang terbatas dengan diikuti 120 peserta. Hanya saja, dengan pelatihan teori dan praktik, diharapkan peserta bisa membagikan ilmu yang didapatkannya kepada rekan-rekannya. "Makanya diharapkan para pengemudi yang mendapatkan pelatihan ini menularkan ilmunya kepada teman-temannya yang tidak ikut pelatihan," katanya.
Dengan penularan ilmu ini, ujar dia, diharapkan pengemudi bajaj yang lain juga bisa mengatasi kerusakan ringan pada bajaj. "Teman-teman yang tidak ikut pelatihan ini bisa menyerap ilmu dari peserta yang ikut pelatihan, makanya peserta harus menularkan ilmunya kepada teman-temannya."
Dia melanjutkan, kegiatan itu juga membantu program pemerintah mengurangi subsidi BBM. Sebab, sebagaimana diketahui, para sopir bajaj biru selama ini tidak mendapat subsidi pemerintah. Gas bumi yang dibelinya di SPBG merupakan harga pasaran. Belum lagi, sopir bajaj ikut mendukung program lingkungan bersih yang dicanangkan pemerintah terkait standar emisi gas buang kendaraan.
”Para sopir bajaj ini turut membantu pelaksanaan program pemerintah menjaga lingkungan supaya bersih, sebab gas terbakar lebih sempurna daripada BBM,” katanya. Ke depan, ia ingin, semua bajaj memakai BBG termasuk bajaj oranye yang bermesin dua tak. “Apalagi Pemerintah Daerah DKI Jakarta sudah membuat program supaya bajaj menggunakan BBG semua.”
Direktur Keuangan PGN Riza Pahlevi Tabrani menjelaskan, perusahaannya melakukan program terobosan dengan tujuan ingin membantu pemerintah dalam meningkatkan kualitas hidup para sopir bajaj. Melalui pelatihan itu, diharapkan sopir bajaj bisa melakukan perbaikan secara mandiri apabila kendaraannya bermasalah.
Dengan demikian pemilik bajaj dapat menekan biaya perawatan bajaj. Berkurangnya pengeluaran untuk perawatan bajaj tersebut dapat dialokasikan untuk kebutuhan keluarga yang lain. “Sebagai BUMN gas bumi, PGN akan terus berusaha untuk meningkatkan kontribusinya bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Kami percaya dengan energi baik gas bumi, usaha yang dirintis ini akan lebih efisien dan menguntungkan,” ujar Riza.