EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian pertumbuhan industri nonmigas pada kuartal III 2015 turun menjadi 5,21 persen atau mengalami perlambatan dibandingkan kuartal III 2015 yang mencapai 5,73 persen. Perlambatan pertumbuhan industri tersebut disebabkan oleh terjadinya pelemahan ekonomi global.
Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Syarif Hidayat mengatakan secara eksternal pertumbuhan perekonomian global belum menunjukkan tanda-tanda membaik. Hal ini menyebabkan permintaan permintaan dari negara-negara lain mengalami penurunan, sehingga sulit bagi Indonesia untuk menggenjot ekspor.
"Dari faktor internal, sebagian besar bahan baku industri kita masih impor apalagi kondisi nilai tukar mata uang kita lemah sehingga ini menyulitkan industri dalam negeri," ujar Syarif di Jakarta, Jumat (13/11).
Kondisi ini menyebabkan produksi industri menurun, selain itu turunnya daya beli masyarakat juga menyulitkan industri manufaktur. Syarif menjelaskan, selama ini perekonomian Indonesia dipengaruhi oleh faktor konsumsi. Untuk mendongkrak perekonomian dalam negeri, pemerintah sekarang mencoba menggerakkan ekonomi yang berfokus pada faktor produksi.
"Memang sudah ada paket-paket kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, namun ini nggak bisa instan," kata Syarif.
Beberapa paket kebijakan yang mendukung industri yakni adanya penurunan harga gas dan pemberian diskon tarif listrik. Namun, dampak dari kebijakan tersebut saat ini masih sebatas optimisme saja karena baru akan berjalan pada Januari 2016.
Kementerian Perindustrian mencatat pertumbuhan cabang industri nonmigas pada kuartal III 2015 yang tertinggi dicapai oleh industri mesin dan perlengkapan sebesar 14,98 persen. Kemudian, disusul oleh industri kimia, farmasi, dan obat tradisional sebesar 10,21 persen, dan industri pengolahan tembakau sebesar 8,86 persen. Sementara itu, kontribusi terbesar untuk PDB nasional kuartal III 2015 diberikan oleh sektor industri pengolahan sebesar 20,41 persen. Dari jumlah tersebut, industri nonmigas memberikan kontribusi sebesar 17,82 persen.