Selasa 01 Dec 2015 21:34 WIB

Asia Masih Jadi Investor Primadona di Indonesia

Rep: Rizky Jaramaya / Red: Andi Nur Aminah
Presiden Joko Widodo (kiri) menyambut Kepala Eksekutif Daerah Administrasi Khusus Hong Kong, CY Leung (kanan) saat kunjungan kerja membahas kerjasama investasi di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (17/9).
Foto: Antara/Yudhi Mahatma
Presiden Joko Widodo (kiri) menyambut Kepala Eksekutif Daerah Administrasi Khusus Hong Kong, CY Leung (kanan) saat kunjungan kerja membahas kerjasama investasi di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (17/9).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengatakan, negara-negara Asia tetap menjadi kontributor terbesar realisasi di Indonesia. Menurutnya, negara-negara Asia berkontribusi hampir separuh dari total realisasi investasi di dalam negeri.

Franky menjelaskan, potensi outward investment dari negara-negara Asia untuk ditarik ke Indonesia cukup besar. Misalnya saja, outward investment Cina dan Vietnam yang masuk ke Indonesia masih sekitar satu persen sampai empat persen dari seluruh outward investment negara tersebut. 

"Contohnya Cina masuk ke sektor smelter, sedangkan sektor manufaktur seperti TPT justru masuk ke Vietnam," ujar Franky, Selasa (1/12).

(Baca Juga: Minat Investasi 2016 Masih Tumbuh).

Franky mengatakan, negara-negara Asia yang masih menjadi investor primadona di Indonesia antara lain Cina, Korea Selatan, Jepang, Singapura, dan Malaysia. Selain itu, ada pula Amerika dan Eropa. Negara-negara tersebut selama ini mitra investasi utama, yang akan menjadi fokus pemasaran BKPM. 

Pada periode 2010 hingga kuartal III 2015 negara-negara investor dari Asia telah menyumbang investasi sebesar 48 persen dengan nilai 66,7 miliar dolar AS. Menurut Franky, di tengah perlambatan ekonomi global, pertumbuhan ekonomi di negara-negara Asia termasuk yang paling pesat. 

"Minat investasi global ke ASEAN ada 36 persen dan yang masuk ke Indonesia sekitar 29 persen, sehingga pada 2016 mendatang kita masih menjadi negara yang menjanjikan untuk investasi," katanya. 

Menurutnya, secara global pertumbuhan ekonomi hanya dua  persen, sedangkan Indonesia bisa mencapai lima persen dan negara-negara di kawasan Asia Timur tumbuh sebesar delapan persen. Dengan kondisi tersebut, Franky optimistis Indonesia masih menjadi negara tujuan investasi yang prospektif. Apalagi pemerintah Indonesia sudah menumbuhkan optimisme dan kepercayaan dunia usaha melalui reformasi regulasi dan debirokratisasi. 

  

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement