Senin 07 Dec 2015 20:54 WIB

South Sumatra Eco-Region Alliance Diluncurkan Guna Menyikapi Kebakaran Hutan

Red: Citra Listya Rini
Kebakaran Hutan
Lahan gambut, ilustrasi

Gubernur Alex Noerdin mengatakan Sumatra Selatan kini mulai mengarah pada pola pembangunan ramah lingkungan dengan cara meningkatkan produktivitas tanpa merusak lingkungan. “Praktik-praktik pengelolaan lahan dewasa ini yang bersifat business as usual berbahaya bagi lahan gambut kita yang sudah rapuh,” katanya, Senin (7/12).

Untuk beralih ke pola pembangunan ramah lingkungan dan melindungi sumber daya alam berharga, ujar Alex, maka dibutuhkan sebuah pendekatan yang melibatkan semua pemangku kepentingan. “Ini memang upaya yang ambisius, tapi ini merupakan satu-satunya opsi untuk mendatangkan perubahan yang berarti, menjamin proteksi lingkunghan, serta merangsang pertumbuhan ekonomi.” ujarnya.

Managing Director Sustainability APP, Aida Greenbury, mengatakan pendekatan yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan merupakan satu-satunya cara untuk memproteksi lanskap alami Indonesia. “Kemitraan publik-swasta akan memainkan peran sangat penting dalam membantu komunitas-komunitas lokal mengelola lahan untuk pembangunan ekonomi serta melindungi hutan,” katanya.

Kepala Perwakilan The Sustainable Trade Initiative, IDH Indonesia, Fitrian Ardiansyah menambahkan kemitraan ini merupakan inovasi yang sangat sejalan dengan segala upaya yang dilakukan Indonesia saat ini untuk mengelola dan melindungi lahan gambut dan hutan serta mengurangi emisi karbon.

“Kita telah melihat bagaimana sektor swasta di Indonesia dapat membuat komitmen proteksi lingkungan yang sangat signifikan secara global, dan kami yakin inisiatif-inisiatif baru di masa mendatang akan menjadi lebih kuat jika sektor publik dan swasta saling kerja sama.”

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement