EKBIS.CO, JAKARTA -- Sektor industri otomotif di Indonesia dianggap paling siap menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) karena memiliki tenaga kerja terampil sesuai standar. Hal ini diungkapkan Sekretaris Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas (Binalattas) Kementerian Ketenagakerjaan RI Kunjung Masehat.
"Sektor otomotif ini tidak kami ragukan karena lebih maju dan kompetitif sehingga tidak ada masalah (untuk MEA)," kata Kunjung Masehat usai menghadiri Konvensi Gugus Kendali Mutu yang diselenggarakan Toyota Indonesia, di Jakarta, Sabtu (12/12).
Dari sisi tenaga kerja, lanjut Kunjung, pihak pemerintah bersama produsen otomotif turut membina menuju tercapainya standarisasi keahlian tenaga kerja untuk MEA seperti pembinaan oleh Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan yang menghasilkan tenaga kerja berstandar tinggi.
"Otomotif sangat maju, kami mengembangkan sumber daya manusia bersama Toyota, semua menggunakan standar Toyota untuk maintenance mobil selama dua tahun sehingga berlaku standar Toyota," jelasnya.
Dengan program pembinaan dari produsen otomotif itu maka tenaga kerja diharapkan menguasai proses teknis dari awal produksi mobil hingga proses pengiriman agar kemampuan mereka optimal.
"Kalau hanya paham satu hal saja, misal tune-up, ya artinya tenaga kerja ini hanya bisa bidang itu saja. Kami harapkan lebih, bisa semua keahlian," kata dia.
Selain menggandeng pihak produsen otomotif, pemerintah juga sedang membuat standar kompetensi tenaga kerja sehingga bisa dipertukarkan dalam rangka MEA melalui program Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).
"Kami gunakan SKKNI untuk mengembangkan tenaga kerja untuk mendapatkan sertifikasi untuk pertukarkan, jadi yang tidak terampil tidak bisa dipertukarkan," katanya.
Namun, Kunjung pun mengakui bahwa program SKKNI belum rampung sampai akhir 2015 sehingga pemerintah harus berpacu dengan waktu guna menyelesaikannya pada 2016 untuk standarisasi tenaga kerja menjelang MEA