EKBIS.CO, RIYADH – Pemerintah Arab Saudi berencana menaikkan harga bensin sebesar 50 persen atau sekitar 24 sen per liter. Pasalnya, Arab Saudi mengalami defisit anggaran sebesar 98 miliar dolar AS karena harga minyak yang terlalu rendah.
Dikutip dari Toronto Star dan AFP, Selasa (29/12), kondisi ini menyebabkan sumber pendapatan pemerintah mau tidak mau berkurang. Kenaikan harga bensin efektif berlaku mulai hari ini. The Jadwa Investment yang berbasis di Saudi memperkirakan pemerintah menghabiskan sekitar 61 miliar dolar AS untuk subsidi energi dimana 11 miliar dolar AS digunakan hanya untuk subsidi bensin.
Selama dua tahun berturut-turut Kerajaan mengalami defisit. Untuk itu, Saudi berencana mengurangi anggaran subsidi sehingga defisit anggaran diproyeksikan berkurang ke angka 87 miliar dolar AS.
Defisit tersebut mewakili perubahan tajam sejak beberapa tahun lalu sebelum harga minyak anjlok pada pertengahan 2014. Alih-alih memotong produksi minyak untuk mendorong harga naik, Arab Saudi malah secara agresif terus meningkatkan produksi minyaknya. Para analis menduga tindakan ini merupakan upaya untuk menjaga pangsa pasar dan menghalangi jangkauan produsen minyak serpih AS di pasar global.
Defisit anggaran 2015 merupakan yang terbesar dalam sejarah Arab Saudi yang bergantung pada minyak sebesar 90 persen dari penerimaan publik. Angka defisit itu di luar perkiraan.
Penerimaan tahun ini 15 persen lebih kecil dari perkiraan dan turun 42 persen dari 2014, setelah harga minyak turun hampir dua pertiganya sejak pertengahan 2014 hingga di bawah 40 dolar AS per barel. Penurunan harga ini sebagian besar disebabkan oleh kebijakan Arab Saudi dan negara-negara OPEC lainnya yang menolak pengurangan produksi minyak karena ingin menjatuhkan pemain lain yang kurang kompetitif, termasuk produsen minyak serpih, Amerika Serikat dari pasar minyak.