EKBIS.CO, JAKARTA -- Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) meminta pemerintah menurunkan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) untuk menghadapi persaingan bisnis dalam implementasi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) per 31 Desember 2015.
Ketua Aprindo Tutum Raharta mengatakan, pengusaha ritel sudah sangat siap menghadapi MEA. Sebab, pengusaha ritel sejak dulu sudah menghadapi persaingan dengan negara asing, bukan hanya level ASEAN. Sejak Indonesia membuka bisnis ritel terhadap dunia luar sudah tidak ada masalah.
Namun, untuk menghadapi persaingan MEA, menurutnya, tidak seimbang jika suku bunga di Indonesia masih tinggi.
"Suku bunga kita yang masih tinggi itu satu-satunya kuncinya. Kan negara tetangga hampir sama, kita minta itu diturunkan," jelasnya, Senin (4/1).
Tutum menyatakan, dengan penurunan suku bunga akan membuat pengusaha dalam negeri bisa bersaing dengan indikator yang sama. Dia menilai, selama ini pengusaha ritel sudah bisa bersaing dari segi kemampuan dan lainnya.
Bisnis ritel dalam negeri telah mampu menyediakan produk-produk industri kebutuhan masyarakat. Namun, jika dari segi modal tidak sama akan membuat perbedaan daya saing.
Terlebih, inflasi sepanjang tahun 2015 sudah turun mencapai di bawah 4 persen (yoy). Menurutnya, jika pemerintah tidak berani menurunkan BI rate tidak sesuai dengan data inflasi yang terus turun.
"Kami tidak khawatir dengan MEA. Tapi kita selalu kalah dengan modal bunga mereka yang murah, yang dijual sama," ucapnya.
Nantinya, jika suku bunga turun, lanjutnya, daya saing pengusaha ritel dalam negeri akan lebih baik. Selain itu, kinerja perusahaan dinilai akan lebih baik dan produk-produknya yang dipasarkan akan lebih murah.
Meski demikian, pengusaha meminta BI rate diturunkan secara gradual sesuai dengan kemampuan ekonomi Indonesia. Namun juga tidak terlalu jauh dengan negara pesaing di ASEAN.