Rabu 13 Jan 2016 17:48 WIB

Panen Mundur, Ketersediaan Beras Nasional Andalkan Stok

Rep: Sonia Fitri/ Red: Nidia Zuraya
Panen padi. Ilustrasi
Foto: .
Panen padi. Ilustrasi

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Hasil Sembiring mengakui, anomali perubahan iklim membuat musim tanam dan panen padi bergeser sehingga mengganggu pasokan. Terutama untuk lahan sawah tadah hujan, kegiatan pertanaman menunggu hujan datang. 

"Ya, caranya (menambal ketersediaan) stok yang ada sekarang dikeluarkan," kata dia kepada //Republika//, Rabu (13/1). Namun ketika ditanya asal stok, apakah termasuk mengandalkan pasokan impor dari luar negeri, ia tidak menegaskannya. "Dari mana saja, lah, yang ada stok," tuturnya. 

Ia lantas mencontohkan pertanaman sawah di Jawa Barat di mana ada areal sawah tadah hujan seluas 1,3 juta hektare. Sebab hujan belum turun, petani menunda menanam. Dampaknya, stok juga akan berkurang karena panen bergeser satu hingga dua bulan. Misalnya, tanam terlambat di November 2015. Kemungkinan akan ada panen di Mei 2016. 

Keterlambatan tersebut akan diantisipasi dengan percepatan tanam di awal tahun. Itu pun jika hujan turun. Jika tidak, otomatis tidak ada pertanaman. Hasil telah mendapatkan laporan kekeringan di NTT. Laporan tersebut akan ditindaklanjuti segera dengan cara menurunkan pompa di areal persawahan jika ada sumber air.

Menyoal pemantauan perubahan iklim, hingga saat ini Kementan terus bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) secara intens. Dibangun pula koordinasi rutin dengan Kementerian Koordinator Perekonomian. Kementan juga memiliki Balai Klimatologi di kawasan Bogor guna menjaga keakuratan dan pembaharuan kalender tanam.

"Kalau BMKG bilang ada El  Nino, kita siapkan pompa, turun ke lapangan, kalo ada kekeringan kita datangi, kalau dia bilang La Nina, kita siapkan lagi, yang punya otoritas itu, kita dengarkan mereka semua," ujarnya. Lagi pula, di 2016 ini ribuan pompa telah siap di lapangan.

Namun ia meminta, laporan BMKG dan lembaga otoritas terkait dibuat lebih pasti dan jauh-jauh hari. Ia selalu meminta agar laporan tidak mendadak karena persiapan pertanaman tidak bisa dalam satu musim. Misalnya, penyiapan benih membutuhkan waktu sejak tiga bulan sebelumnya. "Pertanaman ini tidak seperti membeli pisang goreng, laporan hari ini besok langsung bisa," lanjutnya. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement