EKBIS.CO, JAKARTA -- Kamar Dagang Swiss-Indonesia, SwissCham Indonesia menilai prospek ekonomi Indonesia sangat cerah. Adanya inovasi dan kolaborasi secara tepat, seluruh pelaku bisnis dapat memprioritaskan pembangunan berkelanjutan sebagai langkah kritis untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi nasional dan membantu Indonesia mencapai pemulihan ekonomi di tengah ketidakpastian ekonomi global.
SwissCham Indonesia adalah asosiasi pelaku bisnis Swiss dan Indonesia yang berfokus untuk mempromosikan perdagangan, investasi dan pengembangan hubungan melalui dialog kolaboratif dan advokasi, maupun melalui acara-acara jejaring sosial dan bisnis yang ditujukan untuk mendukung kebutuhan para anggotanya yang berbentuk korporasi, UMKM, dan individu.
Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Musdhalifah Machmud bersama perusahaan anggota SwissCham yakni Nestlé, Syngenta, and Koltiva menjelaskan bagaimana pertanian yang berkelanjutan terbangun di Indonesia melalui kolaborasi dan inovasi teknologi.
“Saya yakin kita bisa membentuk masa depan pertanian berkelanjutan Indonesia melalui kolaborasi dan inovasi teknologi,” ujarnya dalam keterangan tulis, Jumat (26/5/2023).
Sementara itu Kepala Kerjasama Ekonomi Swiss, Kedutaan Besar Swiss di Indonesia, Philipp Orga menambahkan melalui Program Kerja sama yang dilaksanakan Kedutaan Swiss di Indonesia, negara Swiss berkomitmen untuk mendukung produksi komoditas berkelanjutan di Indonesia.
“Program Lanskap Berkelanjutan Indonesia yang didanai Swiss bekerja dengan perusahaan swasta di 10 kabupaten di Sumatra dan Kalimantan untuk menciptakan peluang ekonomi bagi petani sekaligus melindungi lingkungan dan mengatasi perubahan iklim,” ucapnya.
Head of Corporate Sustainable Agriculture Nestlé Indonesia, Syahrudi menambahkan pihaknya tumbuh bersama dengan mitra petani untuk memajukan praktik pertanian regeneratif, sebagai jantung sistem pangan.
“Kami percaya kolaborasi yang kami bangun menuju pertanian berkelanjutan, akan menciptakan manfaat bagi petani, bisnis, dan pada saat yang sama menciptakan dampak positif bagi lingkungan,” ucapnya.
President Director of Syngenta Indonesia, Kazim Hasnain menambahkan petani Indonesia harus memenuhi perubahan kebutuhan lingkungan dan harapan regulator, konsumen, serta pengolah makanan dan pedagang.
“Ada tekanan yang meningkat dari perubahan iklim, erosi tanah dan hilangnya keanekaragaman hayati dan dari perubahan selera konsumen terhadap makanan dan kekhawatiran tentang cara produksinya. Dan alam pertanian seperti gulma, hama dan penyakit terus menjadi tantangan tersendiri,” ucapnya.
Menurutnya nilai-nilai bisnis Syngenta Indonesia berfokus pada memajukan teknologi yang digunakan petani untuk meningkatkan produktivitas dan profitabilitas mereka, sembari memastikan, melalui ilmu pengetahuan, bahwa teknologi tersebut juga mengatasi tantangan keberlanjutan dalam pertanian.
CEO Koltiva Manfred Borer menambahkan pihaknya memahami peran penting ketertelusuran dalam membangun rantai pasokan yang bertanggung jawab dan etis, yang menguntungkan pelanggan, pemangku kepentingan, dan lingkungan .
“Dengan kontribusi yang signifikan dari sektor pertanian terhadap PDB Indonesia, kami menyadari pentingnya solusi inovatif untuk mempromosikan keberlanjutan sembari mematuhi standar peraturan. Dewan dan Parlemen Uni Eropa baru-baru ini menyepakati peraturan untuk meminimalkan deforestasi dan degradasi hutan. Regulasi ini akan memastikan bahwa produk tertentu tidak lagi berkontribusi terhadap deforestasi dan degradasi hutan di pasar Uni Eropa,” ucapnya.