EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli meyakini kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) Blok Masela, Inpex Corporation, tidak akan lari dari proyek di Laut Arafura, Maluku, tersebut.
Menurut Rizal, kontraktor asal Jepang itu telah menghabiskan dana hingga 2 miliar dolar AS untuk melakukan eksplorasi di ladang gas terbesar Indonesia itu.
"Memang ada yang menakut-nakuti kalau Inpex bakal kabur. Ya enggaklah (tidak kabur), mereka 'kan sudah habiskan 2 miliar dolar AS untuk riset, sudah dapat 'tambang emas' untuk 70 tahun," katanya di sela pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Belanda Bert Koenders di Hotel Kempinski Jakarta, Kamis (24/3). (Inpex dan Shell Tetap Garap Blok Masela).
Mantan Menko Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid itu mengatakan, ladang gas abadi di Blok Masela menarik banyak minat investor lainnya. "Kalau mau kabur ya enggak apa-apa, yang antre banyak," katanya.
Menyusul keputusan Presiden Joko Widodo terkait pengelolaan Blok Masela dengan skema kilang darat (onshore), Menteri ESDM Sudirman Said telah memerintahkan SKK Migas untuk mengomunikasikan keputusan pemerintah kepada investor agar mengkaji ulang seluruh rencana yang telah diajukan.
Selain itu, Menteri ESDM juga meminta SKK Migas untuk mengomunikasikan keputusan pemerintah tersebut kepada Pemerintah Provinsi Maluku dan Pemerintah Kabupaten. Dia berharap keputusan pemerintah dapat ditindaklanjuti serta didukung oleh Gubernur Maluku dan Bupati terkait.
SKK Migas juga diminta untuk bekerja dengan investor agar pengkajian ulang yang termaksud dapat dilaksanakan secepatnya dan tidak menunda "final investment decision" atau keputusan akhir investasi (FID) terlalu lama.
Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi dalam konferensi pers di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, mengatakan pihaknya telah bertemu kedua kontraktor, Inpex Corporation dan Shell Upstream Overseas Services Ltd. Dia yakin kedua perusahaan itu tidak akan keluar dari Blok Masela.
"Setelah diskusi, Inpex dan Shell tidak ada rencana cabut dari Blok Masela. Jadi akan tetap di Blok Masela. Hanya, mereka perlu waktu hitung ulang rencana kerja untuk 'onshore'," katanya.