Sabtu 26 Mar 2016 19:13 WIB

Pembangunan Blok Masela Dinilai Butuh Mitigasi Risiko Bencana

Red: Nur Aini
Blok Masela
Foto: blogspot.com
Blok Masela

EKBIS.CO, SURABAYA -- Pakar teknik kelautan Institut Teknologi Surabaya (ITS) Mukhtasor mengatakan perlu adanya mitigasi risiko dampak bencana kelautan untuk meminimalisisasi potensi bencana di lapangan minyak dan gas Blok Masela di Maluku.

"Pemerintah dan investor harus memberi perhatian utama pada mitigasi bencana kelautan dalam tindak lanjut pembangunan sistem perpipaan ke darat," Kata Mukhtasor dalam siaran pers, Sabtu (26/3).

Catatan mengenai gempa, kondisi dinamika lingkungan laut, keadaan sedimen dasar laut dan topografi dasar laut merupakan faktor yang penting dalam hal keselamatan operasi sistem perpipaan.

"Jarak angkut gas dengan pipa 90 km itu cukup panjang. Beroperasi di lingkungan palung yang dalam. Di Blok Masela dapat mencapai order 1.000 meter lebih," katanya.

Kalau pipa bertemu daerah batimetri dasar laut yang curam dapat mempengaruhi kestabilan pipa. Sementara arus yang cukup kekuatannya dapat menyebabkan scouring (gerusan) yang dapat berakibat pada tergerusnya dudukan pipa, lama-lama pipa akan terbentang dan bergetar lalu menurunkan kekuatannya.

"Ini akan berbeda jika pipa ada di daratan, kondisi tanah lebih stabil. Catatan gempa yang lebih dari 2000 kali sejak tahun 1900 itu juga perlu menjadi perhatian" ujar Guru Besar Teknik Kelautan ITS.

Ia menjelaskan keadaan sedimen dasar laut menggambarkan keadaan tanah dan batuan tempat dudukan pipa.

Apabila kondisinya lembek maka kekuatan menahan pipa lemah dapat menimbulkan bahaya sehingga perlu perhatian khusus dalam keamanan pipa, katanya.

"Jika tanahnya lembek akan berpengaruh pada dudukan pipa, sementara ketika arus kencang dan batuannya licin maka akan sulit membuat pipa stabil. Pada jenis dan keadaan sedimen tertentu ada yang bisa runtuh," ujar Mukhtasor.

Kondisi oseanografi inilah yang diharapkan mendapat perhatian lebih ketika merealisasikan proyek Blok Masela terutama dalam hal keamanan pipa karena ada potensi bencana lingkungan laut yang perlu diwaspadai.

Maka, analisis dampak lingkungan harus dilaksanakan secara benar dan bukan sebagai seremonial legalitas. Disamping itu, harus ada revisi POD (Plan Of Development) lapangan abadi Blok Masela. Revisi ini tidak mudah karena ruang lingkup pekerjaan akan sangat berbeda.

Ia mengatakan investor juga harus investasi untuk meningkatkan level detil-nya uji batimetri dan oseanografi dan mendesain perpipaan dari kepala sumur ke daratan yang disesuaikan dengan zonasi lingkungan laut yang aman.

Pro-kontra pilihan laut atau darat untuk LNG Masela yang sempat mengemuka berakhir dengan keputusan Presiden yang menyatakan untuk membangunnya di darat. Keputusan ini diumumkan Presiden pada hari Rabu (23/3) dalam kunjungan kerja ke Etikong, di Bandara Internasional Supadio, Kalimantan Barat.

Menurut Mukhtasor, sudah menjadi hal yang mutlak bagi semua pihak untuk dapat melaksanakannya dengan baik.

"Semua pihak mesti saling dukung untuk dapat merealisasikan proyek ratusan triliun ini agar bermanfaat besar bagi seluruh rakyat Indonesia," ujar Mukhtasor.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement