Senin 11 Apr 2016 19:57 WIB

Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Miskin RI Dinilai Lambat

Rep: Sapto Andika Candra / Red: Nur Aini
Salah satu potret kemiskinan di ibukota (ilustrasi).
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Salah satu potret kemiskinan di ibukota (ilustrasi).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat indeks rasio gini meningkat dalam sepuluh tahun terakhir, dari 0,31 pada 1999 menjadi 0,41 pada 2014 lalu. Peningakatan rasio gini menunjukkan adanya pelebaran ketimpangan kesejahteraan antara si kaya dan si miskin. Tim Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) menyebutkan, peningkatan ketimpangan kesejahteraan tidak lantas berarti kelompok miskin tidak mengalami pertumbuhan.

Kepala Unit Komunikasi dan Pengelolaan Pengetahuan TNP2K Ruddy Gobel menjelaskan, baik kelompok miskin dan kelompok kaya sama-sama mengalami pertumbuhan. Hanya saja, menurutnya, pertumbuhan kelompok ekonomi menengah ke atas lebih pesat dibanding pertumbuhan kelompok ekonomi menengah ke bawah.

Ruddy menyebutkan, ada hal mendasar yang membuat pertumbuhan masyarakat miskin lebih lambat dibanding kelompok kaya yakni ketimpangan akses atas kebutuhan hidup dasar, pendidikan, kesehatan, dan infrastuktur dasar. Menurutnya, ada dua jurus untuk mengatasi ketimpangan akses tersebut. Dua langkah tersebut adalah mengurangi beban kelompok miskin dan meningkatkan pendapatan kelompok miskin.

"Kurangi beban diberikan dengan cara berikan jaminan atas aspek sosial mereka seperti jaminan pendidikan. Makanya ada Indonesia Pintar. Dari sisi strategi sudah benar tinggal diperbaiki. Lalu kesehatan ada program Indonesia Sehat. Pemerintah sudah bayarkan premi 86,4 juta individu dan akan naik menjadi 92 juta individu tahun ini," ujar Ruddy, di Jakarta, Senin (11/4).

Langkah kedua dengan meningkatkan pendapatan kelompok miskin dilakukan dengan mendorong upaya produktif seperti pemberian akses kepada masyarakat miskin untuk mendapat akses kepada layanan keuangan seperti KUR.

BPS juga mencatat setahun terakhir angka kemiskinan meningkat dari 10.96 persen atau 27,73 juta penduduk miskin di semester kedua 2014 menjadi 11,2 persen atau 28,59 juta penduduk miskin di semester satu 2015. Ruddy menilai, faktor penting yang memengaruhi peningakatn kemiskinan kali ini adalah kenaikan harga bahan pokok terutama beras.

"Kalau dilihat dari akhir 2014 sampai awal 2016 kan naik terus. Beras sendiri menyumbangkan kontribusi 26 persen terhadap garis kemiskinan. 22 persen di kota dan 28 persen di desa. Jadi artinya kalau harga beras naik maka angka kemiskinan meningkat," kata Ruddy.

Ia menilai, sejumlah langkah pemerintah untuk menekan ketimpangan kemiskinan sudah berada di jalur yang tepat. Satu hal yang menurutnya menjadi tugas bersama adalah pengawasan dan mekanisme penyaluran program Indonesia Pintar dan Indonesia Sehat yang masih perlu diperbaiki.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement