EKBIS.CO, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjadikan sektor pariwisata sebagai salah satu prioritas dalam pembiayaan. Salah satu bentuk dukungan OJK dalam pariwisata yaitu lewat Indonesia Investment Club.
Deputi Komisioner Pengawas Industri Keuangan Non Bank (IKNB) II OJK, Dumoly Pardede mengatakan, dalam mendukung pengembangan destinasi pariwisata, khususnya pengembangan 10 destinasi baru, akan direalisasikan antara asosiasi perusahaan di lingkungan OJK dengan PHRI di bawah binaan Kementerian Pariwisata.
Selain itu, lewat Indonesia Investment Club akan dialokasikan Rp 10 triliun untuk investasi di sektor pariwisata.
"Bisa lewat penyertaan saham, reksadana, real state yang bersifat pembiayaan. Nilai penghitungan kami dari Investment Club ini Rp 10 triliun," jelas Dumoly Pardede dalam penandatangan kerjasama dengan Menteri Pariwisata di Kementerian Pariwisata, Selasa (19/4).
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad menambahkan, pihaknya akan mendorong lembaga jasa keuangan untuk pembiayaan sektor pariwisata. Diharapkan kerjasama dengan Kementerian Pariwisata ini akan membantu sektor pariwisata berkembang.
"Kami harap tidak hanya mudah aksesnya tapi juga murah, syukur dua-duanya. Yang penting akses dulu, kita akan buka opsi terutama dorong potensi yang ada. Di Indonesia Investment Club ada perusahaan-perusahaan yang punya dana jangka panjang. Jadi bisa cari sumber alternatif mana yang bisa dibiayai secara feasible. Jadi semoga makin terbuka opsi-opsi pembiayaan," jelas Muliaman.
Opsi - opsi pembiayaan tersebut, kata Muliaman, termasuk upaya membangun resort, infrastuktur, dan penyediaan kapal-kapal wisata. Selain itu, ada juga supplier cinderamata dari sektor UMKM.
"Semoga jadi bagian yang terintegrasi. Jadi kami sangat hargai asosiasi perusahaan pembiayaan," ujarnya.
Ia pun berharap dengan ini sektor pariwisata dapat menjadi penyumbang terbesar devisa di tengah situasi perekonomian yang masih akan sama dalam 1-2 tahun ke depan. Selain itu, OJK juga akan membuka opsi pasar modal seperti resort income yang bisa dijadikan underline aset dan bisa diperjualbelikan di pasar modal.
"Kalau mau buat waterboom atau apa, yang jelas income ada, industri keuangan akan dengan senang mereview," katanya.