EKBIS.CO, JAKARTA -- Adira Finance pada kuartal I 2016, mencatat penyaluran pembiayaan baru sebesar Rp 7 triliun, dengan pembiayaan baru sepeda motor sejumlah Rp 4 triliun. Sementara penyaluran pembiayaan baru untuk mobil mencapai Rp 2,8 triliun dan barang rumah tangga (durables) telah mencapai Rp 152 miliar.
Direktur Pemasaran Pembiayaan Adira Finance, Hafid Hadeli menjelaskan, pembiayaan sepeda motor masih menjadi kontributor utama pembiayaan baru di Adira Finance.
"Pembiayaan sepeda motor masih menjadi kontributor utama pembiayaan kami, yakni sebesar 57 persen, sementara itu pembiayaan mobil memberikan kontribusi sebesar 41 persen dan sisanya adalah barang-barang rumah tangga (durables). Kami masih berhati-hati dalam memberikan penyaluran pembiayaan untuk menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan kualitas aset," kata Direktur Pemasaran Pembiayaan Adira Finance, Hafid Hadeli, Rabu (4/5).
Wakil Direktur Utama Perusahaan, Marwoto Soebiakno menambahkan, dengan lebih dari 500 jaringan usaha yang tersebar di seluruh Indonesia dan lebih dari 21 ribu karyawan, pihaknya ingin memberikan layanan yang maksimal bagi 3,2 juta konsumen Adira.
"Kami terus melakukan evaluasi pada jaringan usaha, melakukan konsolidasi bilamana dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas, serta memperkuat customer engagement melalui peningkatan kualitas layanan dengan melakukan berbagai efisiensi hingga ke proses," kata Marwoto.
Menurut Marwoto, pihaknya masih melanjutkan upaya pengelolaan kredit yang prudent. Hasilnya adalah rasio kredit bermasalah (NPL) yang berada pada level 1,8 persen pada 2015, masih terkendali di bawah 2,0 persen.
Direktur Manajemen Risiko, Ho Lioeng Min mengatakan, pihaknya mengupayakan beberapa alternatif sumber pendanaan dalam memperoleh pendanaan yang mencukupi dengan biaya pendanaan yang paling optimal. Strategi ini memampukan pihaknya untuk selalu dapat memenuhi kebutuhan pendanaan.
"Induk usaha kami menyediakan kerja sama pembiayaan bersama, yang mana hingga akhir bulan Maret 2016, porsi pembiayaan bersama adalah sebesar 44 persen dari seluruh piutang pembiayaan yang kami kelola,"kata Ho Lioeng Min.
Ia menambahkan, selebihnya dicukupkan melalui pendanaan eksternal berupa penerbitan obligasi dan pinjaman perbankan, baik domestik maupun luar negeri. Komposisi pendanaan melalui penerbitan obligasi, baik konvensional maupun sukuk, dan pinjaman perbankan adalah 51 persen banding 49 persen.
"Untuk memitigasi risiko, kami telah sepenuhnya melakukan hedging atas pinjaman dalam mata uang asing," ujarnya.