EKBIS.CO, TANGERANG -- PT Angkasa Pura II (Persero) menandatangani perjanjian kerja sama dengan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk untuk membangun dan mengoperasikan PLTG berkapasitas 50-60 MW di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Pambangunan PLTG ini menelan investasi sekitar Rp 1 triliun.
Penandatanganan perjanjian kerjasama tersebut dilakukan Presiden Direktur AP II Budi Karya Sumadi, bersama Direktur Utama WIKA Bintang Perbowo, dan Presiden Direktur PGN Hendi Prio Santoso, serta disaksikan Deputi Bidang Usaha Konstruksi dan Sarana dan Prasarana Perhubungan Kementerian BUMN Pontas Tambungan.
Pembangunan PLTG ini ditargetkan rampung pada 2017, di mana saat itu Bandara Internasional Soekarno-Hatta menjadi satu-satunya bandara di Indonesia yang memiliki PLTG sendiri guna memenuhi kebutuhan listrik.
Presiden Direktur PT Angkasa Pura II (Persero) Budi Karya Sumadi mengatakan, ruang lingkup di dalam perjanjian kerjasama tersebut antara lain pemetaan kebutuhan listrik di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, pemanfaatan gas bumi milik PGN untuk memenuhi kebutuhan listrik di bandara, serta melakukan kajian/evaluasi atas kerjasama dalam bentuk feasibility study yang meliputi aspek finansial, teknis, komersial, hukum, dan aspek lain yang perlu dipertimbangkan.
Melalui perjanjian kerjasama tersebut, ketiga perusahaan juga membentuk anak usaha dengan 51 persen saham dimiliki oleh AP IIdan sisanya WIKA serta PGN. Ia menilai, kerjasama ini merupakan contoh dari sinergi BUMN yang sangat baik demi pelayanan kepada masyarakat.
"Pembangungan dan pengoperasian PLTG ini merupakan upaya kami untuk menjamin pemenuhan kebutuhan listrik di Bandara Internasional Soekarno-Hatta," ujarnya dalam penandatanganan kerjasama di Kantor Kementerian BUMN, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (11/5).
Ia menambahkan, pemenuhan kebutuhan listrik sangat erat kaitannya dengan pelayanan.
"Kami berharap dengan berdirinya PLTG ini maka akan mengakhiri kasus kedipan atau padamnya listrik di Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang berdampak pada turunnya tingkat pelayanan," lanjutnya.
Di samping itu, kebutuhan listrik di Bandara Internasional Soekarno-Hatta akan meningkat cukup signifikan ketika Terminal 3 Ultimate yang merupakan terminal termodern di Indonesia beroperasi penuh, sehingga diperlukan inovasi guna memenuhi kebutuhan tersebut secara mandiri.