EKBIS.CO, JAKARTA -- Beberapa negara melakukan inovasi sukuk untuk aneka tujuan dengan aneka struktur. Meski kadang rupa-rupa struktur dianggap membingungkan, inovasi produk tetap harus dilakukan.
Dirjen Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko Kementerian Keuangan Robert Pakpahan menjelaska, suku ritel (SR) jadi inovasi tersendiri oleh Pemerintah Indonesia guna berperan dalam inklusi keuangan, pendalaman pasar keuangan dan transformasi dari masyarakat penabung menjadi masyarakat investor. Dari basis investor, seri sukuk yang sudah mulai diterbitkan pemerintah pada 2009 ini menyasar investor individu dengan minimal investasi Rp 5 juta.
Membandingkan SR007 dan SR008, investor yang berminat menujukkan peningkatan. Jumlah investor pemegang SR008 mencapai 48.444 individu sementara SR007 29.706 individu. Keduanya menggunakan struktur ijarah asset to be leased dengan imbal hasil masing-masing 8,25 persen dan 8,30 persen. Dana terkumpul dari SR008 mencapai Rp 31,5 triliun dengan rata-rata volume pembeliaan Rp 650 juta.
74,12 persen investor SR008 berinvestasi dengan nilai di bawah Rp 600 juta. Dari tipe investor, 39,35 persennya adalah PNS atau pegawai swasta, 34,37 persen pengusaha dan 12,26 persen ibu rumah tangga. ''Investor sukuk ritel berasal dari semua daerah di Indonesia meski masih didominasi Barat Indonesia,'' kata Robert dalam Forum Sukuk untuk Pembangunan Infrastruktur di Sidang Tahunan IDB ke 41, Selasa (17/5).
Semua sukuk yang diterbitkan pemerintah akan disertai daftar underlying-nya. Underlying SR008 sendiri antara lain proyek APBN 2016 seperti pembangunan jalan, bandara dan pelabuhan. ''Jika ada underlying tata kelola dan manajemennya terbuka. Sukuk dijamin pemerintah dan ini termaktub dalam undang-undang,'' kata Robert.
Secara keseluruhan, outstanding sukuk mencapai 15 persen dari total SBN dan pada 2016 ini porsi sukuk mencapai 24 persen dari total terbitan SBN.