EKBIS.CO, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) khawatir terhadap kelanjutan tren kenaikan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) di industri perbankan. Kepala Eksekutif Bidang Pengawasan Perbankan OJK, Nelson Tampubolon mengatakan, meski naik relatif tipis dari bulan ke bulan, NPL perbankan terus mengalami tren peningkatan.
"NPL perbankan kita meningkat terus, meski belum terlalu mengkhawatirkan. Yang kami khawatirkan adalah berlanjutnya peningkatan (NPL) itu, yang sepertinya masih terlihat sustain," kata Kepala Eksekutif Bidang Pengawasan Perbankan OJK, Nelson Tampubolon di Jakarta, Senin (23/5).
Nelson mengungkapkan, sejak akhir 2015 tren NPL terus mengalami peningkatan. Kendati begitu, rasio NPL saat ini masih berada di bawah ambang batas maksimal sebesar 5 persen.
"NPL terus meningkat dari sebelumnya sekitar 2,7 persen (gross),"ujarnya.
Tercatat pada Januari 2016, NPL gross sebesar 2,73 persen dan NPL net 1,4 persen. Angka ini meningkat dibandingkan posisi Desember 2015 dengan NPL gross dan net masing-masing sebesar 2,5 persen dan 1,2 persen.
Rasio NPL terus mengalami peningkatan pada bulan selanjutnya. Hingga akhir Februari 2016, besaran NPL gross meningkat menjadi 2,87 persen, sedangkan NPL net mencapai 1,5 persen. Sementara pada bulan Maret 2016, NPL sedikit menurun dengan NPL gross 2,8 persen dan NPL net 1,4 persen.
Menurut Nelson, tren peningkatan NPL tersebut merupakan dampak negatif perekonomian global. Isu yang paling mempengaruhi perekonomian domestik akhir-akhir ini yaitu ketidakpastian ekonomi global akibat rencana The Fed menaikkan suku bunga.
Selain itu, pengaruh global terhadap perbankan domestik juga datang dari ketidakpastian ekonomi di Eropa dan China. Bahkan, ini membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) drop cukup dalam, banyak terjadi capital outflow dan rupiah terus melemah. "Ini sensitif dan perlu kami waspadai," imbuh Nelson.
Oleh karena itu, kata Nelson, kondisi perbankan di 2016 secara umum mengalami pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan dengan situasi di sepanjang 2015. "Jadi, sekarang ini masih ada masalah perlambatan di perbankan kita," ungkapnya.