EKBIS.CO, JAKARTA -- Semen Indonesia (Persero) Tbk kembali meraih 'The Best Indonesia Green Awards'. Pada ajang yang digelar ketujuh kalinya oleh The La Tofi School of CSR, PT Semen Indonesia bahkan merebut penghargaan untuk enam kategori sekaligus.
Penghargaan diraih dari kategori 'Penyelamatan Sumber Daya Air', kategori 'Penghematan Energi, serta Penggunaan Energi Baru dan Terbarukan', dan kategori 'Pengembangan Keanekaragaman Hayati'. Kemudian kategori 'Memelopori Pencegahan Polusi', kategori 'Mengembangkan Pengolahan Sampah Terpadu', serta terakhir kategori 'Memelopori Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Industri'.
Direktur Komersial PT Semen Gresik Mukhamad Saifudin menjadi perwakilan untuk menerima penghargaan tersebut dalam Festival Indonesia Green Awards 2016 di Taman Tebet, Jakarta, Sabtu (21/5). Saifudin mengapresiasi pemberian penghargaan tersebut. Ia mengaku, bangga dengan pencapaian ini, dan Semen Indonesia akan terus meningkatkannya ke depan.
“Sebenarnya ini bukanlah tujuan utama. Kami juga tidak merasa ini kewajiban karena ini adalah kebutuhan sebagai perusahaan untuk melakukan pelestarian lingkungan,” ujar dia, selepas menerima penghargaan.
Semen Indonesia, menurut Saifudin, memang tidak sekadar mengejar target memperoleh keuntungan, melainkan juga tetap memerhatikan upaya pelestarian lingkungan. Langkah ini, kata dia, ditempuh dengan konsisten menerapkan “Tripple Bottom Line” (Profit, People, Planet) sebagai strategi untuk mencapai pertumbuhan perusahaan yang berkelanjutan.
Salah satu upaya Semen Indonesia yang diapresiasi dalam Indonesia Green Awards, Saifudin menjelaskan, terkait produksi pengurangan emisi khusus baru. Dalam proses pembakaran, saat ini Semen Indonesia sudah menggunakan bahan bakar alternatif dari limbah pertanian dan lainnya. Seperti sekam padi, serbuk kayu, sabut kelapa, kulit mede, limbah tembakau, serta oil sludge.
Perseroan juga menerapkan program implementasi pemanfaatan sampah perkotaan sebagai bahan bakar alternatif melalui teknologi “Refuse Derived Fuel”. Saifudin mengatakan, teknologi tersebut digunakan untuk mengolah sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ngipik, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Dengan sistem ini, perusahaan berkontribusi mengurangi limbah sampah sebesar 650 meter kubik atau 217 ton per hari.
“Perusahaan telah menerapkan konsep waste to zero, dan saat ini berencana untuk terus meningkatkan efisiensi dengan menggunakan bahan bakar nonfosil dari setiap proses produksi yang juga bermanfaat bagi lingkungan,” kata dia.
Selain itu, PT Semen Indonesia juga sudah tidak lagi bergantung pada pemakaian air tanah. Menurut Saifudin, kebutuhan air diperoleh dari kolam penampungan air permukaan. Juga dari limbah yang diolah menjadi air bersih. “Dalam proses produksi kami, penggunaan air tidak sebanyak dulu. Kalau dulu ada proses basah dan kering, sekarang kami hanya gunakan proses kering,” ujar dia.
Kolam-kolam yang dibentuk dari penambangan tanah liat itu juga digunakan sebagai tempat budi daya berbagai jenis ikan air tawar. Pembudidayaan ikan ini melibatkan masyarakat di desa sekitar perusahaan. Sementara untuk pengembangan keanekaragaman hayati, PT Semen Indonesia melakukan revegetasi atau penanaman kembali hutan mangrove. Ini dilakukan melalui program PT Green Socorejo dengan pengembangan “Mangrove Center II” di pesisir pantai Kabupaten Tuban.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah mendukung kinerja korporasi di bidang lingkungan. Ke depan korporasi harus bisa meningkatkan pencapaian kinerja lingkungan agar dapat memberikan manfaat yang lebih baik,” kata Saifudin.
Sekretaris Perusahaan PT Semen Indonesia Agung Wiharto menambahkan, sesuai semangat perusahaan, Semen Indonesia akan terus berkomitmen memberikan kualitas terbaik, lebih ramah lingkungan, dan paling Indonesia.
Ajang Indonesia Green Awards ini dibuat istimewa untuk memperingati Hari Bumi. Chairman The La Tofi School of CSR, La Tofi, mengatakan, konferensi tentang perubahan iklim, Conference of Parties (COP), ke-21 di Paris melahirkan berbagai kesepakatan yang mengikat bagi semua pihak. Pemerintah pusat dan daerah, serta perusahaan-perusahaan, kata dia, tidak bisa lagi menghindar untuk tidak melakukan upaya nyata terkait iklim dan lingkungan.
“Mengalihkan penggunaan energi ke energi baru dan terbarukan menjadi sangat mendesak untuk ikut menurunkan laju pemanasan suhu bumi. Kami akan mengapresiasi perusahaan-perusahaan yang menghemat penggunaan energi dan menggantikannya dengan energi baru dan terbarukan. Penilaian tentu saja didasarkan pada dokumen audit energi,” ujar dia.
Ketua Tim Penilai Indonesia Green Awards 2016, yang juga Direktur Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Hadi Daryanto, mengapresiasi ajang penghargaan ini. Menurut dia, Indonesia Green Awards bukan sekadar penganugerahan saja, tetapi lebih kepada bentuk kepedulian terhadap lingkungan.
“Ini suatu bentuk kepedulian dan menjadi sangat penting karena Bu Menteri (Lingkungan Hidup) baru menandatangani COP 21 di Paris. Di mana kita ingin menurunkan emisi hingga 29 persen pada tahun 2030,” kata dia. ADV